Somad dan Rasisme Sebutan Monyet, Sarkasme Terhadap Jokowi

  • Whatsapp

Dunia jagat maya gempar dalam 2 hari usai perayaan kemerdekan ke-74 Republik Indonesia, viralnya Video Ceramah Abdul Somad yang dituduh menghina Salib dan Yesus yang dipercayai umat kristiani walau dalam Islam diyakini sebagai Isa Almasih. Tak berselang lama, aksi mahasiswa Papua di Jawa Timur menambahi ricuhnya media sosial karena dituduh warga sekitar menolak pengibaran bendera Merah Putih di Asrama Papua Jawa Timur dan ditambahi ungkapan rasis oleh kelompok masyarakat yang mendatangi asrama tersebut karena ucapan rasis menyebut orang Papua sebagai (Maaf) monyet.

Baru saja berselang sehari Presiden Jokowi menunjukkan perayaan kemerdekaan ke-74 RI dengan keberagaman adat/budaya nusantara. Semua terkagum bila perayaan kemerdekaan tersebut menegaskan Indonesia sesungguhnya memang beragam, dibuktikan corak busana adat nusantara saat upacara kemerdekaan RI. Tapi ternyata ada saja pihak yang tidak menginginkan Indonesia bersatu diatas perbedaan-perbedaan yang ada.

Presiden Jokowi menegaskan dengan bahasa simbolik, tapi perlawanan terhadap kekuatan persatuan Indonesia itu ditunjukkan dengan keras dan sarkastis. Peristiwa ucapan rasis Somad dan Kelompok Warga di Surabaya seolah membantah dan melawan kehendak tegas Presiden RI Terpilih tersebut untuk memimpin republik nusantara ini menuju lompatan kemajuan dengan potensi kekuatas perbedaan yang dimiliki Nusantara Indonesia ini.

Peristiwa Somad dan dan Sebutan Rasis Monyet terhadap Papua menunjukkan bahwa bahasa simbolik yang seringkali dipakai Presiden Jokowi tak selalu bisa dipahami oleh pihak yang gelap hati. Pihak yang sering melakukan kekerasan verbal dan kekerasan fisik itu hanya akan menyadari kehadiran negara bila hukum ditegakkan laksama panglima. Mereka kelompok yang sering menguji apakah hukum bisa dinihilkan sebagai panglima di republik nusantara ini.

Lalu apa yang harus dilakukan?

Stop menyebar konten grafis berupa kekerasan verbal, penghinaan dan caci maki kelompok yang berbeda, karena faktanya wilayah nusantara ini dihuni beragam perbedaan dan potensi. Redakan situasi eskalatif yang terjadi berkaitan dengan Somad, Rasisme terhadap Papua di Jawa Timur, dan kendalikan situasi pembakaran Gedung DPRD Papua Barat di Manokwari sebagai dampak dari peristiwa di Asrama Mahasiswa Papua di Jawa Timur dan monitor rencana aksi besar-besaran di Tanah Papua beberapa hari ke depan khususnya di Kota Sorong esok hari.

Polisi dan pemerintah daerah setempat harus bertindak persuasif menyeselesaikan kasus Somad dalam ungkapannya yang dituduh menghina umat Kristiani, Mahasiswa Papua di Jawa Timur, dan Kelompok Masyarakat Jawa Timur dengan ungkapan rasis serta mengendalikan dampak kerusuhan di Manokwari. Bila langkah persuasif tidak berhasil maka harus menunjukkan hukum sebagai panglima dalam negara Nusantara Indonesia ini.

Terakhir, pesan bagi Presiden Jokowi, ada hal yang bisa dijinakkan dan ditaklukkan dengan bahasa simbolik. Hal itu bisa berhasil bila pihak yang dimaksud memahami kekuatan dan kengerian dibalik bahasa simbolil tersebut. Sebagai pribadi yang pernah dibesarkan di Solo dan Jogja, saya memahami bahasa simbolik tersebut tapi pelaku kekerasan dan pemain kepentingan tak selalu paham apa potensi kengerian dalam bahasa simbolik yang bapak maksudkan, mereka butuh ditunjukkan bahwa sikap panglima juga bisa tampak dalam figur kelembutan, seperti sikap seorang mama yang marah terhadap anak-anaknya yang bandal dan nakal.

Salam,
Stasiun Cikini, 19 Agustus 2019
Cinta Tuhan – Cinta Nusa Bangsa

Dikson Ringo
(Ketua DPP KNPI Bidang Poldagri)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *