Ujian Nasional Dihapus? Yes or No?

  • Whatsapp

Ada berbagai tes/pengujian di setiap akhir semester sekolah. Yaitu UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Semester), dan di semester kelas terakhir terdapat UN (Ujian Nsional). Macam-macam ujian tersebut diadakan karena para siswa harus mengetahui meraka menguasai atau tidaknya materi atas pembelajaran yang telah didapat selama disekolah.

Bayangkan saja bagaimana jika UN dihapuskan? Bagaimana siswa dan pendidiknya mengetahui sampai mana kemampuan siswa tersebut? Sedangkan kabar hangatnya pada tahun 2020 ini Ujian Nasional menjadi yang terakhir. Kabar perubahan tersebut hanya rencana penghapusan metode pengujian yang telah dianggap membuat siswa terbebani menjadi metode yang baru lagi.

Dari keputusan Ujian Nasional akan dihapuskan tersebut, terdapat macam-macam pendapat, ada yang setuju akan keputusan tersebut karena sebagian dari mereka menganggap ujian akan membuat siswa berpikir keras lalu stress. Ada yang tidak setuju jika Ujian Nasional dihapuskan karena mereka berpikir bagaimana terlihat bermutu pendidikan diIndonesia jika tidak ada ujian, dan para siswa juga tidak dapat memiliki motivasi untuk belajar serta juga tidak dapat mengetahui sampai mana kemampuan belajarnya.

Sistem pendidikan diIndonesia tidak memiliki asal-usul yang jelas. Tapi kita memiliki ide pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu tut wuri handayani yang artinya membimbing dari belakang. Tetapi masalah kependidikan yang kita alami saat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut.

Ide pendidikan Ki Hadjar Dewantara tersebut merujuk pada pendidikan yang demokratis. Pendidkan demokratis itu sendiri memiliki arti bahwa siswa bebas memiliki keputusannya sendiri dan pendidik membimbing dengan cara yang akrab dengan siswanya untuk menciptakan metode pembelajaran yang lebih baik.Karena saat ini saja marak sekali berita antara siswa dan gurunya, jika siwa susah dididik dengan baik akhirnya guru melakukan sedikit peringatan fisik, maka iti saja sudah sampai ke tangan polisi. Padahal jaman dahulu peringatan fisik lebih keras lagi. Dan peringatan itu seniri juga untuk mendisiplinkan siswa itu sendiri, tapi susah jika sudah lain lagi pemikiran masing-masing orang.

Dalam suatu negara butuh pendidikan yang berkualitas untuk memperbaiki mutu pendidikan. Harusnya dalam pembelajaran kita tidak hanya belajar memahami, tapi juga ada praktek. Bukan karena apa, terkadang sering pendidik (yang sepenuhnya tahu pendidikan) memberi metode pembelajaran yang kurang disukai siswa, seperti hafalan. Jika ingin siswa benar-benar paham sebuah materi, bisa saja diberi tugas dengan cara membaca ulang lalu memahaminya, tidak perlu siswa membaca, lalu didoktrin untuk menghafal. Hanya menambah emosi serta pikiran siswa tersebut karena tidak semua siswa memiliki daya ingat yangb baik (susah dalam menghafal).

Sejauh ini, metode ujian dengan menggunakan pilihan ganda membuat siswa memiliki pilihan dan mengingat jawaban apa yang paling tepat. Jdi kita membutuhkan metode baru yang sekiranya tidak mempersulit siswa tapi juga tidak mempersulit siswa memperoleh ilmu dari pelajaran yang didapat. Pertanyaan yang berguna untuk mengasah otak siswa dalam memcahkan masalah. Juga dibutuhkan pertanyaan yang tidak hanya bisa merujuk ke materi tapi siswa juga pertanyaan juga harus bisa menguji penalaran dan berpikir kritis siswa tersebut.

Dampak yang ditimbulkan bagi siswa, guru, sekolah, dan masyarakat luas atas berita ini yaitu, UN membuatbpara siswa, guru, dan sekolah hanya focus pada nilai dan bukan kompetensi, dalam penyelenggaraan UN, banyak saja kecurangan yang terjadi misalnya kebocoran soal yang terjadi diberbagai daerha dalam setiap tahunnya. UN juga membuat sebagian orang tua cemas sehingga mendorong anak untuk memngikuti bimbingan belajar agar lebih mudah dalam mengerjakan soal, dampak lain adalah pihak sekolah merasa tertekan jika banyak siswa yang tidak lulus dari sekolah mereka.

Maka dari itu, pendidikan juga harus bisa membawa masa sekarang jauh menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Seperti halnya diluar negeri, sudah banyak prestasi non akademik yang memiliki potensi sangat baik seperti menciptakan transformasi baru untuk persiapan jika ada pekerjaan yang beresiko hilang dan akan digantikan dengan mesin dan robot. Perubahan tersebut membutuhkan orang-orang dengan kreatifitas dan daya pikir yang tinggi untuk penciptaanya.

Seperti kutipan dari Buchori pada tahun 2007 “Di masa lalu, apa yang dipelajari di sekolah akan digunakan sebagai keterampilan sewaktu lulus dan bekerja. Di masa mendatang, model tersebut akan menjadi using. Ilustrasinya, apa yang dipelajari di sekolah sangat mungkin menjadi tidak lagi bisa dipakai, lantaran laju teknologi dan industry yang sedemikian cepat. Maka tidak ada cara lain, kecuali menumbuhkan murid-murid memiliki sikap belajar : kemampuan untuk belajar sendiri secara terus-menerus.

Semakin tinggi rasa ingin tahu, semakin banyak ilmu yang didapat, semakin besar pula kesempatan untuk berubah. Kunci dari sebuah kemajuann adalah membaca, paham, dan tuangkam. Buku adalah jalan kesuksesan kita dimasa yang akan mendatang. Apapun metodenya jikia kita paham, kita bisa membawa negara pada sebuah kemajuan.

Adis Sahda Harini

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *