Tapi sayangnya, medali emas yang diraih Jatim itu tanpa harus basah mengeluarkan keringat di lapangan. Pasalnya, lawan yang dihadapi Jatim di final, DIY, tidak mau melanjutkan pertandingan usai Jatim mencetak gol 1-0.
Walau main di partai final, DIY terpaksa memutuskan WO karena sebagai langkah solidaritas kepada salah satu rekan satu timnya, Agung Basuki, yang mengalami cedera serius, patah tulang kering akibat kebrutalan pemain DKI Jakarta di partai semifinal.
“Selain solidaritas, kita sudah tidak kuat menahan sedih melihat kondisi salah satu teman kita. Untuk itu kita minta maaf kepada Jatim dengan kondisi ini,” ujar salah satu pemain DIY tanpa bisa menahan tangis di partai final.
Merasa menghormati keputusan DIY, tim Jatim juga menunjukkan respect dengan menggalang dana peduli bagi Agung secara spontanitas di lapangan. “Kita ikut prihatin atas apa yang dialami Agung. Memang tidak mudah. Dan tidak seharusnya dalam turnamen silaturahmi seperti Porwanas ini peristiwa seperti itu terjadi. Dan kami atas nama tim dan kontingen Jatim turut prihatin. Semoga Agung bisa lekas sembuh sehingga bisa menjalani aktifitasnya secara normal,” jelas Dhimam Abror.
Alhasil, meski juara, Jatim pun tidak melakukan selebrasi atau perayaan sebagaimana juara semestinya saat pengalungan medali emas. Hal itu dilakukan untuk menghormati DIY yang sedang dirundung kesedihan.
Sementara itu, perebutan tempat ketiga, antara DKI dan Sulsel, tidak dipertandingkan sehingga meraih medali perunggu bersama. (Dion)