Kabupaten Malang, beritalima.com | Miris dan prihatin yang dialami oleh salah satu keluarga korban bocah enam tahun yakni Alvito Ghaniyu Maulidan, niatnya ingin berobat ke Rumah Sakit untuk mendapatkan kesembuhan bagi anaknya. Namun, anak semata wayang itu harus meregang nyawa setelah mendapatkan injeksi obat melalui suntikan dari IGD RS Prasetya Husada Ngijo, Karangploso, Kabupaten Malang pada, Rabu (14/06) lalu.
Imam Jazuli ayah kandung Alvito, warga Jalan Pertamanan, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso ini, menyampaikan sebelum putra bungsunya meninggal dunia, terlihat bahwa putranya saat dibawa ke RS Prasetya Husada masih baik baik saja, dan usai pulang sekolah pada Selasa (13/06), putranya mulai mengeluhkan pusing. Keluhan itu disampaikan kepada mamanya, dan ia pun diberi obat penurun panas. Kemudian Selasa (13/6) dia sudah tidak nafsu makan, hanya satu sampai tiga suap sendok.
Hingga akhirnya, Imam yang juga berdinas di Polres Kota Batu ini memutuskan untuk membawa putranya tersebut ke RS terdekat, yang kebetulan RS terdekat dengan wilayahnya adalah RS Prasetya Husada.
“Karena takut dehidrasi maka kami bawa anak kami ke RS Prasetya Husada, berangkat dari rumah masih bisa jalan bahkan, wajahnya pun masih segar bugar dan tak terlihat pucat, dan sampai di IGD RS masih bisa berjalan,” ungkap Imam dihubungi awak media Rabu 21/06/23.
Menurutnya, sampai di UGD RS putranya juga tidak langsung mendapat penanganan, dari perawat atau pihak RS. “Pelayanannya pun kurang baik di RS tersebut, tidak langsung ditangani malah salah satu perawat ada yang main hp, telpon telponan, kalau tidak saya panggil mungkin tidak ditangani,” kata Imam.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil pemeriksaan petugas kesehatan pada saat di IGD putranya hanya mengalami sakit lambung. “Selanjutnya anak saya dipasangi infus, setelah itu tubuh Alvito nampak membaik dan segar, bahkan korban sempat makan dan minum, selang berapa menit gitu tiba-tiba anak saya mengalami mual dan mau muntah, saya sampaikan ke nakes. Dan setelah observasi, nakes membawa dua spet obat dan langsung menyuntikkannya ke cairan infus anak saya,” tuturnya.
Kemudian, lanjut Imam usai menerima suntikan di kantong infus dari perawat rumah sakit, selang beberapa menit putranya langsung kejang dan meronta ronta mengeluh kepada mamanya.
“Kata petugasnya itu obat mual yang disuntikkan 2 kali, setelah disuntik cuman selang waktu sekitar 5 menit anak saya malah meronta-ronta (kejang), hingga tubuhnya membiru dan saya laporkan kepada perawat, dengan kondisi anak saya yang sudah kayak kritis, kejang-kejang, meronta-ronta gitu, Tapi respons dari rumah sakit kayak santai-santai aja. Terus terang saya waktu itu sudah panik,” kesalnya.
Selanjutnya agak lama kemudian petugas baru datang memeriksa anaknya dan dikatakan jika detak jantungnya sudah berhenti, dan dinyatakan meninggal pada Rabu (14/6/2023) pukul 00.30 WIB.
Sontak hal itu membuat Imam Kaget mendengar pernyataan tersebut dan menanyakan kepada perawat obat apa yang disuntikkan kepada anaknya. Si perawat menjawab bahwa yang disuntikkan itu adalah obat lambung.
“Dalam kondisi syok, akhirnya kami memutuskan untuk membawa pulang jenazah anak kami,” terang Imam.
Selanjutnya, saat mendapatkan hasil rekam medis sebelum meninggalkan RS, Imam menilai ada kejanggalan, dalam penanganan oleh pihak RS Prasetya Husada, bahwa dari hasil rekam medis keterangan petugas jedanya 20 menit.
“Janggalnya, dari hasil rekam medis, waktu anak saya mendapatkan suntikan obat dan mengalami kejang itu jedanya cuman 5 menit, tapi di hasil rekam medis itu keterangan jedanya 20 menit,” kata dia.
Imam menerangkan bahwa pihak rumah sakit sudah dianggap tidak memberikan penjelasan yang benar dan tidak bertanggungjawab terhadap kematian anak keduanya itu.
“Saya kecewa karena resume medis tidak sesuai yang saya lihat. Tadi dikumpulkan dengan pihak direksi, dan tidak ada perubahan resume medis, padahal hari Jumat lalu, kepala pelayanan mau membandingkan dengan CCTV. Tetapi disebut hari ini bahwa CCTV mati. Dengan alasan-alasan inilah, sepertinya saya harus membuat aduan secara resmi kepada beberapa institusi yang menaungi RSU Prasetya Husada,” jelasnya.
Terkait hal itupun ia pun mengaku ada rencana melaporkan kasus ini kepada penegak hukum. Namun, masih menunggu keputusan dari keluarga untuk dilakukan autopsi.
“Saya kecewa. Saya ada rencana bawa ke ranah hukum menunggu koordinasi terlebih dahulu dengan pihak keluarga,” tandasnya.
Sementara itu, hingga berita ini diunggah belum ada klarifikasi dari RS Prestya Husada. Saat awak media mendatangi RS tersebut, menurut Nita salah satu staf resepsionis Kepala Humas RS Prasetya Husada sedang tidak ada di tempat.
“Kepalanya sedang keluar mas, bisa tinggalkan nomor hp masalahnya nanti kita hubungi saat ada konferensi pers,” ungkapnya kepada beritalima.com Rabu 21/06/2023. [Ndu/Red]