Vaksin Nusantara vs Vaksin Sinovac vs Vaksin Astrazenica

  • Whatsapp

Oleh : DR dr Robert Arjuna

Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN era Presiden SBY disuntik vaksin nusantara.begitu pula Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima penyuntikan vaksin sel dendritik SARSCoV-2 atau Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 16 April 2021.

Penyuntikan dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Belum selesai uji klinis dan memicu kontroversi di tanah air, terapi kekebalan tubuh melawan Covid-19 berbasis vaksin sel dendritis diklaim diminati masyarakat dari banyak negara.

Vaksin Nusantara, nama yang dipakai untuk populerkan terapi itu, dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim peneliti di RSPAD Gatot Soebroto.

Inisiator riset vaksin Nusantara dr Terawan Agus Putranto menyebut vaksin berbasis sel dentrintik yang kembangkan mampu mengatasi mutasi atau varian baru SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

Mantan Menteri Kesehatan ini juga mengklaim hanya butuh delapan hari untuk
mencampurkan antigen varian baru yang selanjutnya akan dilarutkan bersama sampel darah.

Soal varian saya jawab gampang sekali, hanya butuh delapan hari, antigen saya ganti. Karena Antigen itu rekombinan jadi spike S, kita tinggal lihat dia mutasi mana, tinggal gabung-gabung saja” jelas Terawan Dokter yang juga peneliti utama dalam riset uji klinis Vaksin Nusantara, Kolonel Jonny, menyebut ketertarikan datang dari beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Tapi tim belum bisa melayaninya karena uji klinis belum memasuki fase final–terhambat isi nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan, BPOM, dan TNI AD yang membatasi terapi bukan sebagai vaksin yang
bersifat massal. Vaksin sel dendritik untuk SARS-CoV-2 dikembangkan dari teknik terapi kanker.

Perbedaan vaksin ini dari vaksin umumnya terletak pada motor aktivitasnya yang tidak
gunakan antigen (virus inaktif atau subunit protein si virus). Vaksin Nusantara memanfaatkan sel dendritik yang dipanen dari darah, tapi bisa diambil juga dari sumsum tulang, si pasien yang akan disuntikkan vaksin.

Sel dendritik disebutkan mampu menangkap antigen-antigen asing yang masuk ke tubuh, lalu bergerak ke area T Sel dari organ limfoid untuk menemukan klon yang tepat dan memulai respons imunitas. Artinya, penerapan vaksinnya bersifat individual.
Guru Besar Biologi Molekuler dari Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom, mengaku sempat mengikuti pertemuan dengan tim peneliti vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, pada Selasa, 8 Juni 2021 lalu. Dia bertemu di antaranya dengan Terawan dan chief scientific officer dari Aivita Biomedica—pengembang vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik di Amerika Serikat—Gabriel Nistor.

Vksinasi COVID-19 di Indonesia masih terus berlangsung. Saat ini ada dua jenis vaksin Corona yang digunakan, yaitu vaksin Sinovac dan AstraZenecaMeski begitu, kedua vaksin tersebut sudah terbukti menunjukkan efektivitas dalam melawan infeksi virus Corona COVID-19. Selain itu, aspek keamanannya pun telah dibuktikan dalam uji klinis.
Vaksin Sinovac Vaksin Corona buatan Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), metode ini sudah terbukti manjur dan telah digunakan dalam pengembangan vaksin lain, seperti flu dan polio.Hanya saja vaksin yang dibuat dengan cara ini membutuhkan fasilitas laboratorium khusus untuk mengembangkan virus atau bakteri dengan aman, waktu produksinya relatif lama, dan kemungkinan butuh dua atau tiga dosis suntikan,” tulis WHO. Vaksin Sinovac, vaksin Sinovac menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen dalam mencegah COVID-19. Hasil ini didapat berdasarkan uji coba kepada 1.600 orang di Bandung.Vaksin AstraZeneca tidak mengandung virus Corona yang dimatikan.

Namun, vaksin ini menggunakan vektor adenovirus simpanse.Maksudnya, para pengembang vaksin AstraZeneca mengambil virus yang biasa menginfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi secara genetik untuk memicu respons imun (viral vector).”Pada vaksin viral vector, virus yang tidak berbahaya ini akan masuk ke dalam sel di tubuh kita lalu mengirim instruksi pembuatan sebagian kecil virus penyebab COVID-19. Bagian tersebut merupakan protein mirip paku (spike protein) yang ditemukan pada
permukaan virus COVID-19,” tulis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).”Sel kemudian menampilkan protein ini, lalu sistem imun kita mengenalinya sebagai benda asing.

Ini akan memicu sistem imun menghasilkan antibodi dan sel-sel imun lainnya untuk
melawan apa yang dianggap sebagai infeksi,” lanjut CDC.Berdasarkan laporan terbaru, vaksin AstraZeneca disebut 76 persen efektif dalam mencegah kasus COVID-19 bergejala. Selain itu, AstraZeneca juga menyebut vaksin Corona buatannya 100 persen efektif mencegah penyakit parah karena COVID-19 dan rawat inap.
Apapun jenis vaksinnya, semua jenis adalah bagus agar tubuh bisa terbentuk antibodi yang masing mading orang berbeda kadar antobodi ada 10,20,100,200,1000. Semoga pencerahan ini bisa memdatangkan manfaat bagi kita semuanya. Semoga!

RobertoNews 993 :《24.6.21(19.01) 》
*Praktisi Dokter dan Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait