SURABAYA, Beritalima.com|
Baru-baru ini, Majalah Bisnis dan Finansial Internasional “Forbes” merilis ’30 under 30’. Dalam majalah asal Amerika Serikat tersebut, Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, Vania Santoso berhasil masuk dalam kategori Forbes sebagai Co-Founder heySTARTIC, Artistic Eco-Fashion.
“Secara personal, penghargaan ini sangat spesial karena waktu surat pengumuman dikirimkan via surel bertepatan dengan momen ulang tahun mama Saya. Penghargaan ini sekaligus menjadi persembahan untuk orang tua Saya,” ungkap Vania Santoso.
Vania menuturkan bahwa heySTARTIC merupakan pengembangan proyek sosial Vania dan kakaknya, Agnes Santoso sejak duduk di bangku sekolah. Meskipun banyak tantangan, Vania percaya heySTARTIC bisa terus berkembang berkat dukungan dan inovasi dari para warga, seniman serta pelaku industri kreatif lain.
“Termasuk berkat saya berproses selama sekolah di PPPK Petra maupun kuliah di UNAIR,” jelasnya.
Saat pernah mewakili UNAIR mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional. Saat itu, Vania membawa konsep heySTARTIC dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tersebut. Dia sangat bersyukur bisa mendapat arahan lebih lanjut dari berbagai fakultas, khususnya oleh Prof. Ganden dosen FST UNAIR. Hingga akhirnya, Vania berhasil dibimbing untuk mengetahui lebih lanjut mengenai proses pewarnaan dan pelapisan akhir alami yang tidak merusak lingkungan.
“Bangga rasanya, dari KTI, termasuk skripsi akhir saya tentang Five-Diamonds Strategy untuk heySTARTIC yang dibimbing Prof. Badri, kini bisa jadi inovasi sosial nyata yang berdampak,” tuturnya.
Proses Pengembangan Usaha Sociopreneur heySTARTIC
Usaha Sociopreneur heySTARTIC berawal dari musibah banjir yang masuk hingga ke dalam rumah Vania pada tahun 2000-an. Pada tahun 2005, Vania bersama kakaknya, Agnes Santoso, yang juga alumni UNAIR akhirnya membuat komunitas lingkungan untuk mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup ramah lingkungan.
“Waktu itu, kami banyak ditolak saat mengajukan proposal pendanaan kegiatan lingkungan. Kami pun berusaha cari cara mulai dari garage sale hingga jual produk daur ulang,” tambahnya.
Hingga akhirnya, pada tahun 2007 di Swedia, proyek manajemen sampah inovatif mereka membuahkan hasil. Karya mereka dipercaya sebagai Juara 1 Lomba Lingkungan Internasional tahunan dari Volvo dan UNEP hingga memperoleh dana hibah 10.000 dolar.
“Ini adalah momen berharga, tapi juga semacam wake up call. Sangat bersyukur saat itu menang sehingga dapat pendanaan untuk lingkungan,” imbuhnya.
Ke depannya, Vania memiliki rencana utama untuk terus berusaha konsisten dan komitmen menjalankan nilai-nilai keberlanjutan dari heySTARTIC. Salah satu rencana terdekatnya adalah mengembangkan enviLOVEmental (sebuah wadah education and entertainment hasil kolaborasi heySTARTIC dengan XD Entertainment dan Srawa Space).
“Harapannya, enviLOVEmental ini bisa menjadi hub yang mempertemukan penonton dengan aneka produk, organisasi, komunitas, pelaku industri kreatif yang peduli lingkungan, hingga akhirnya memilih lebih peduli pada lingkungan,” ungkapnya.
Produk daur ulang yang Vania bawa ke konferensi di luar negeri bisa laku laris manis. Namun, di Indonesia hampir tidak ada yang membeli. Dari situlah Vania belajar secara langsung mengenai perbedaan perilaku konsumen, sekaligus fakta bahwa edukasi lingkungan di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
“Karenanya, heySTARTIC hadir sebagai produk fesyen berkelanjutan yang harapannya bisa menjadi media edukasi. heySTARTIC percaya, produk fesyen bisa ramah lingkungan, dan sebaliknya, produk daur ulang pun bisa tampil fesyenabel,” tutupnya. (Yul)