JOMBANG, beritalima.com – Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang baru Muhajir Effendi akan menghapus Lembar Kerja Siswa (LKS) yang selama ini masih dipakai di tiap sekolah di Indonesia. Hal ini berangkat dari temuan yang sebagian besar LKS dikerjakan oleh wali murid ketika anaknya telat berangkat sekolah karena belum mengerjakan tugas LKS. Kendati pernah bicara dengan PGRI tapi tidak semua pengurus PGRI di daerah sepakat apa yang diharapkan Mendikbud baru itu. Salah satunya Edi Sihono, Kepala Sekolah SMA 1 PGRI Jombang yang tidak sependapat dengan kebijakan baru Mendikbud tersebut, karena dianggapnya bahwa LKS adalah penting untuk siswa.
“Soal masalah LKS yang mengerjakan wali murid, itu tergantrung orang tuanya. Lain kalau LKS untuk anak SD, orang tuanya dipastrikan masih bisa mengerjakan. Trapi kalau LKS untuk anak SMA atau sederajat, itu yang buat profesor. Tidsk mungkin orang tuanya bisa mengerjakan,” tandas Edi Sihono.
Lebih lanjut dikatakan Edi Sihono, LKS yang digunakan di SMA PGRI 1, sebagian besar dari luar. Atau beli di toko, soal masalah materi LKS yang didapat dari toko buku, memang tidak sesuai yang diharapkan parea komite sekolah dan pengurus SMA PGRI 1 Jombang. Hanya saja menureut Kepala Sekolah SMA PGRI 1 Jombang, materi LKS yang diperoleh dari toko buku hanya menambah kazanah ilmu, tapi yang penting yang diterapkan di sekolah tersebut, adalah modul yang biasa ditransformasikan ke murid.
“Jadi marteri LKS yang diperoleh dari toko itu hanya menambah wawasan,” tukasnya.
Dengan demikian niat untuk membuat LKS sendiri, sudah terbayangkan tapi tidak seperti yang dilaksanakan sekolah-sekolah negeri yang sudah pasti ada post anggarannya. Sedangkan di swasta tidak ada post anggaran yang harus disiapkan. Sedangkan para guru yang akan membuat lembar kerja siswa, masih tersita dengan kesibukan di sekolah dan dan di rumah.
“Guru membuat LKS, sedangkan kebutuhan di rumah terbatas. Guru yang membuat LKS tersebut harus juga diberikan honor. Memang ada keserbasalahan dibuatkan LKS, akhirnya diputuskan buku LKSnya harus dari luar,” terangnya.
Hal lain mengenai disiplin anak, Edi Sihono menanggapi bahwa menerapkan disiplin adalah penting untuk anak-anak didiknya. Apalagi yang dididik anak-anak SMA yang sebentar lagi terjun ke masyarakat. Kalau sudah biasa diterapkan disiplin, otomatis kemanapun akan disiplin. Ironis bagi orang tua yang gagal menerapkan sikap disiplin kepada anak mulai dari neonatal sampai masa kanak-kanak. Peran guru SMA PGRI 1 memiliki peran penting untuk menerapkan disiplin pada anak didiknya. dedy mulyadi