Wacana Penutupan Sembilan PG Pengaruhi Psikologi Petani

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com -Wacanapenutupan sembilan pabrik gula (PG) di Jawa Timur oleh Kementerian BUMN ternyata berpengaruh pada psikologi petani. Minat petani tebu untuk tetap memilih tebu sebagai komoditas tanam berkurang. Hal itu berdampak pada menurunnya luas areal tanam pada petani.

“Meski secara detail Dinas Perkebunan Jatim tengah melakukan pendataan, namun wacana itu ikut mempengaruhi psikologi dan semangat petani tebu,” kata Karyadi, Kepala Bidang Usaha Tani, Dinas PerkebunanJawa Timur, dalam Dialog Publik “Memaksimalkan Potensi Jawa Timur sebagai Lumbung Gula Nasional” yang diselenggarakan oleh Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan Nasional (JPKP), Kamis (23/2) di Surabaya.

Dikatakannya, tanpa adanya isu rencana penutupan PG, pada tiga tahun terakhir luas areal tanam tebu di Jatim cenderung menurun. Tahun 2014 luas areal tanam seluas 219.111 Ha, tahun 2015 seluas 201.971 Ha dan 2016 seluas 198.717 Ha. Penurunan tersebut disebabkan banyak hal mulai dari alih fungsi lahan ke permukiman, hingga beralih pada komoditas lain yang lebih menguntungkan.

“Tahun 2015 saja luas areal tebu berkurang kurang 17 ribu Ha, akibat dampak dari kurang baiknya kondisi pergulaan tahun 2014. Harga lelang gula dibawah HPP, distribusi gula tidak lancar dan stok menumpuk di PG,” katanya.

Guna mengkaji rencana penutupan sembilan PG oleh pemerintah pusat, Gubernur Jatim saat ini tengah menurunkan tim untuk melakukan kajian di lapangan. Tim akan mengkaji kondisi riil di lapangan dan diharapkan melahirkan rekomendasi alternatif selain penutupan sembilan PG.

Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Triantarti mengatakan, permasalah umum yang dihadapi PG, yakni sulitnya mendapatkan bahan baku. Selama ini antar PG terdapat persaingan dalam mendapatkan tebu dan tidak jelas proyeksi perwilayahan areal tebu yang pasti setiap PG-nya. “Banyak PG yang saling serobot mengambil bahan baku disekitar lokasi PG lain, karena mereka berani membeli dengan harga yang lebih mahal dari PG sekitar,” katanya.

Menurutnya, pemerintah harus mengatur distribusi dan proyeksi lahan bahan baku yang pasti. Ini dimaksudkan jangan sampai ada PG yang tidak mendapatkan bahan baku. Di Sidoarjo misalnya, terdapat lebih dari tiga PG. Namun lahan petani tebu banyak yang beralih fungsi menjadi perumahan dan industri.

“Proyeksi lahan harus mendapatkan kepastian. Dan ini adalah kewenangan pemerintah untuk mengaturnya. Petani juga harus mendapatkan rangsangan biar memilih tebu sebagai komoditasnya,” teranganya.

Kesembilan PG yang akan ditutup meliputi, tiga PG di wilayah PTPN X, yakni Watoetoelis, Toelangan, dan Meritjaan dan enam PG di wilayah PTPN XI, yaitu Poerwodadie, Redjosarie, Kanigoro, Wringinanom, Olean, dan Pandjie. (jal)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *