JEMBER, beritalima.com | Kesehatan petani Jawa Timur merupakan salah satu hal yang menjadi fokus Pemerintah Provinsi Jatim. Di mana, kesehatan petani dirasa penting mengingat pertanian merupakan hulu dari banyak sektor.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat menghadiri secara langsung sarasehan “7 Mimpi Agromedis Melangkah Bersama Wagub Jatim” di Auditorium Gedung A, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember (UNEJ), Kab. Jember pada Selasa (25/1).
Menurut Emil Dardak panggilan akrab Wagub Jatim, penyerap lapangan kerja terbesar Jatim itu ada di pertanian, yakni sepertiganya. Bahkan di Jember sendiri, 15% mayoritas pekerjaan ada di sektor pertanian atau perkebunan yang mana 5% di antara mereka merupakan buruh tani.
“Lebih jauh, kontribusi pertanian secara ekonomi di Jatim sebesar 10-11%. Yang terbesar memang sektor industri dengan 30%, tapi industri ini sendiri tidak bisa lepas dari pertanian. Jadi, kalau kesehatan petani tidak terjaga, perekonomian Jatim akan terganggu,” ujarnya.
Sektor pertanian, terang Emil, juga berperan dalam penentuan tingkat stunting di Jawa Timur. Pasalnya, hulu dari gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak terletak di masalah gizi kronis.
“Tingkat prevalensi stunting di Jember ini berada di rata-rata 23,5% menurut Studi Status Gizi Indonesia atau SSGI 2021. Sebagai daerah dengan tingkat okupansi di pertanian yang tinggi, angka stunting ini mengkhawatirkan,” ucapnya.
Emil menerangkan, selama ini masyarakat dan bahkan pihak-pihak yang terlibat dalam bidang kesehatan bbiasanya lebih fokus pada penyembuhan dan bukannya tindakan preventif.
“Selama ini kita lebih fokus pada kuratif dan bukannya preventif. Mindset ini yang harus diubah. Dan karena pertanian ini merupakan hulu dari banyak sektor, fokus kesehatan di bidang ini perlu ditingkatkan,” jelasnya.
Untuk itu, mantan Bupati Trenggalek itu menyebutkan ada tiga langkah yang sekiranya dapat dilakukan untuk mulai menerapkan agromedis di kehidupan sehari-hari.
“Yang pertama adalah bagaimana kita mengemas informasi yang mudah dicerna masyarakat, terutama buruh tani. Kedua, penyuluhan pertanian. Terakhir, ruang pengabdian masyarakat,” tuturnya.
Terkhusus poin penyuluhan pertanian, Emil menjelaskan bahwa apa yang harus dipikirkan bukan hanya perihal edukasi kepada penduduk, namun juga pertanggungjawaban dari pihak penyuluh.
“Jadi tugas kita nanti tidak sekedar membangun awareness akan kesehatan di sektor pertanian maupun perkebunan, tapi juga mengawal sampai implementasinya. Jadi nanti kalau ada petani yang masih tidak menerapkan protokol kesehatan atau menggunakan pengaman, si penyuluh ini harus bertanggungjawab,” paparnya.
Di akhir, Emil mengapresiasi UNEJ karena berfokus pada agromedis. Sebab, tak banyak dari pihak maupun instansi terkait yang menaruh perhatian penuh di sektor ini.
“UNEJ ini luar biasa, karena dari sinilah saya baru menemui istilah agromedis. Semoga cita-cita untuk menjadi pusat agromedis Asia Tenggara bisa terwujud. Saya pikir ini sudah positioning yang bagus dan dengan reputasi UNEJ sebagai kampus bergengsi di wilayah Tapal Kuda, cita-cita ini bisa diwujudkan,” tutupnya.
(red)