SURABAYA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menekankan pentingnya Puskesmas meningkatkan layanan di bidang promotif dan preventif. Hal ini penting dilakukan, karena saat ini Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dituntut untuk tidak hanya memberikan pelayanan kuratif atau pengobatan saja.
“Kita menginginkan ada publik campaign dengan cara membuat informasi yang kreatif dan menarik bagi masyarakat, tentang pentingnya menjaga kesehatan. Itulah sebabnya untuk Puskesmas kami arahkan ke promotif dan preventif,” tukas emil sapaan lekat Wagub Jatim saat menjadi narasumber pada acara Seminar dan Workshop “Hope and Challenge of Doctors and Clinics in the JKN Era and Clinical Accreditation” di Hotel Surabaya Suites, Sabtu(30/11).
Emil mengatakan, seorang kepala daerah sering kali terdapat dorongan secara public pressure bahwa Puskesmas harus bisa memberi pelayanan kesehatan sebagus mungkin. Oleh sebab itu, upaya promotif dan preventif kurang direspon sebagai suatu prestasi karena manfaatnya tidak secara langsung dirasakan oleh masyarakat.
“Di sisi pemerintahan kita harus membangun kesadaran kolektif atas komitmen peningkatan layanan promotif dan preventif yang hasilnya memang tidak langsung terasa. Selain itu, kesadaran ini juga harus digalakkan di semua elemen masyarakat,” tegas mantan Bupati Trenggalek ini.
Dalam pelaksanaan promotif preventif, terang Emil, dibutuhkan peran penyuluh yang ahli di bidangnya. Untuk itu, seorang penyuluh harus dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Misalnya, pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dari sebelum pernikahan hingga sudah menikah.
Ditambahkan, Pemprov Jatim juga menggagas penyediaan layanan kesehatan gratis berkualitas (Tantistas) untuk memberikan akses kesehatan lebih luas bagi masyarakat. Salah satunya yaitu program Bunda Anak Impian (BUAIAN) sebagai upaya mengurangi resiko kematian ibu dan bayi. Ada pula program konseling dari pintu ke pintu (KOPIPU) yang dilaksanakan di 3.213 wilayah kerja Poskesdes.
Selain itu, Emil juga menyampaikan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan. Menurutnya, dengan pemanfaatn teknologi akan bisa mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang diberikan. Dicontohkan, di Cina sudah memanfaatkan artificial intelligent (AI) sehingga info awalnya bisa diterima lebih dulu, dan memudahkan diagnosa yang akan diberikan oleh dokter.
“Bagi kami segala upaya untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat Jatim merupakan prioritas. Selain dengan membuat program-program unggulan juga memastikan jumlah tenaga kesehatan yang memadai untuk melayani masyarakat,” urai Emil.
Emil berharap, baik Puskesmas maupun klinik yang dikelola oleh umum bisa berjalan berseiring. Menurutnya, ketika Puskesmas dan klinik pratama sebagai sesama FKPT bisa sama-sama bagus maka ini merupakan bentuk prestasi suatu daerah. Karena, fokus utamanya adalah sama-sama memberikan layanan kesehatan pada masyarakat. Meskipun diketahui bersama, bahwa Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan utamanya di pedesaan.
“Kita harus menyadari bersama bahwa hakekatnya membangun bangsa tidak bisa sepenuhnya di tangan pemerintah. Karenanya, kita butuh melibatkan seluruh elemen termasuk industri kesehatan,” tutup Emil.
Kegiatan seminar dan workshop tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang tergabung pada organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), dan Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primers Indonesia (PKFI). (*)