SURABAYA, Beritalima.com | Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendapatkan kado sepesial berupa buku berjudul “MENGUBAH WAJAH SEJARAH, Jalan Politik Eri Cahyadi, PDIP dan Pilkada Surabaya” dari penulis buku sekaligus wartawan Kantor Berita ANTARA, Abdul Hakim menjelang 100 hari kerjanya pada 7 Juni 2021.
“Saya menyambut baik sekaligus memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada penulis atas terbitnya buku ini,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat menerima buku dari penulis di ruang kerjanya.
Menurut dia, buku ini secara rinci menjelaskan perjalan politiknya di Pilkada Surabaya 2020 mulai dari bursa cawali-cawawali, pendaftaran pilkada, fit and proper test, kampanye, debat pilkada, pemungutan suara, sidang sengketa pilkada, pelantikan hingga menjadi Wali Kota Surabaya.
“Semoga upaya dan tekad untuk membangun Kota Surabaya yang lebih baik mendapat ridho dari Allah SWT. Amin,” ujarnya.
Cak Eri- sapaan akrab Wali Kota Eri mengatakan, tidak mudah untuk memimpin Kota Surabaya terutama di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, namun dengan semangat gotong royong dan kolaborasi dengan segenap stakeholders yang ada, Cak Eri yakin tantangan tersebut dapat diatasi.
Meski demikian, Cak Eri mempunyai tekad membawa Kota Surabaya menuju “A world-class business environment” atau ekosistem bisnis di Surabaya berkelas dunia. Ekosistem bisnis itu, lanjut dia, mulai dari SDM, infrastruktur, sistem perizinannya, kesiapan tenaga kerja, dukungan pemerintah, dan sebagainya. Kemudahan berbisnis di Surabaya terus ditingkatkan.
Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan sinergitas antara pemerintah kota dengan pengusaha. Sebab dengan begitu dunia usaha akan tetap bisa bergeliat dan membuka lapangan pekerjaan di tengah pandemi COVID-19 yang masih melanda.
Sementara itu, penulis buku Abdul Hakim mengatakan buku setebal 500 halaman lebih ini merupakan buku trilogi atau lanjutan dari buku pertama dan keduanya. Buku pertama berjudul Tri Rismaharini yang terbit pada 2014 dan buku kedua, MERAJUT KEMELUT: Risma, PDIP dan Pilkada Surabaya terbit pada 2015.
Menilik buku ketiga ini, antara Cak Eri Cahyadi dan Tri Rismaharini sebetulnya terdapat persamaan. Keduanya adalah sama-sama birokrat yang mengawali karir politiknya saat menjabat sebagai Kepala Bappeko Surabaya.
Akankah Cak Eri bisa seperti Risma?, penulis mengatakan jika dilihat dari gaya blusukannya mungkin bisa dikatakan sama. Tapi masih butuh waktu. Penulis juga mengutip pernyataan Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, yang membedakan Risma dengan Cak Eri yakni Risma lebih mendahulukan infrastruktur, sementara Cak Eri memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Cak Eri mencoba menempatkan SDM sebagai yang utama, karena pembangunan infrastruktur pascareformasi di Surabaya, relatif sudah terpenuhi.
Selain itu, Cak Eri bisa lebih luwes melakukan koordinasi dengan mitranya di DPRD Surabaya, sekaligus bersinergi dengan lembaga negara di Surabaya baik Kejaksaan, BPN, perguruan tinggi lainnya. Bahkan juga dengan Gubernur Jatim serta kepala daerah di wilayah Surabaya Raya.
Tidak hanya itu, Cak Eri juga bisa menjalin komunikasi politik dengan partai politik yang sebelumnya menjadi rivalnya di Pilkada Surabaya 2020.
“Sikap yang ditunjukkan Cak Eri inilah yang membuat peta politik di Kota Surabaya menjadi sejuk. Harapan besar ada dipundak Pak Eri untuk menjadikan Surabaya menjadi lebih baik,” katanya.
Untuk pemesanan buku tersebut, dapat langsung menghubungi nomor 0813 – 5902 – 8061. (*)