SITUBONDO, Beritalima.com – Memasuki hari ketiga pencarian terhadap nenek Moenna (77) warga dusun langai RT01 RW10 desa Sumberkolak, kecamatan Panarukan, Situbondo Jatim yang hilang saat mencari Karabika di Gunung Gimeng terus dilakukan tim Gabungan Basarnas, SAR pusdalops BPBD Kabupaten Situbondo, Satpol PP, Tagana danBrigade Penolong Pramuka masih belum menemukan titik terang.
Informasi yang dihimpun beritalima.com, puluhan personil gabungan dibantu masyarakat dan keluarga korban itu sudah tiga hari melakukan pencarian terhadap nenek Moenna sejak dinyatakan hilang secara misterius saat mencari karabika diseputar Gunung Gimeng. sementara petugas hanya menemukan dua sak berisi karabika milik korban.
“Hari ini kita kembali melakukan pencarian dengan menyisir sejauh 8 km keselatan dari Bujhuk ( Punden) Gimeng, Hingga saat ini petugas masih belum menemukan petunjuk maupun tanda – tanda korban, kami berharap segera menemukan keberadaan korban,” jelas M.Taufik, selaku Plt Kepala BPBD Kabupaten Situbondo.
Sementara menurut tokoh masyarakat dusun langai Sumarmo (80) Banyak kejadian mistis yang terjadi disekitar Gunung Gimeng, Bahkan menurutnya sebelum nenek Moenna sepengetahuan puluhan tahun sebelumnya sudah tiga orang yang hilang misterius di gunung Gimeng dan belum pernah ditemukan hingga kini.
“Kepercayaan warga di sini kawasan Gunung Gimeng masih terkenal angker dan masih dihuni oleh jin dan sebangsanya, katanya dulu kawasan tersebut merupakan kerajaan, sebelumnya sudah ada tiga orang yang hilang yanpa pernah kembali,” Tutur Sumarmo.
Salah seorang tokoh sejarah Situbondo Prayudho B Jatmiko saat ditemui tim Beritalima.com seputar Sejarah gunung Gimeng mengatakan bahwa wilayah gunung Gimeng yang tersambung kehutan Paowan, , Locangcang hingga kendit dan wilayah Bungatan diduga dulunya merupakan tempat peradaban kuno, bahkan jauh sebelum masa kerajaan Majapahit ataupun Masa Airlangga.
“Kami menduga Daerah Locangcang dan sekitar dulunya adalah pelabuhan yang kemudian mengendap dan menjadi daratan berdasarkan kajian biologi, makanya banyak ditemukan fosil kerang atau sejenisnya disekitarnya, bahkan sepanjang jalur tersebut banyak ditemukan batu Megalitikum yang merupakan peninggalan pra sejarah,” Ucap Prayudo.
Ditambahkan oleh Prayudo, wajar jika kemudian masyarakat disekitar wilayah tersebut menghubungkan kejadian aneh dengan hal mistis, mengingat mistis sendiri merupakan sebuah budaya tersendiri bagi masyarakat indonesia.
“Menurut saya wajar masyarakat mengatakan diwilayah tersebut angker, apalagi banyak ditemukan gua sisa prasejarah dan Batu bata dengan berbagai gambar diduga sisa bangunan jaman kerajaan, tapi saya sendiri belum bisa memastikan karena perlu ada kajian lebih mendalam, kalau masalah mistis itu kembali pada kepercayaan kita masing – masing,” Imbuhnya.
(Joe)