beritalima.com | Pasar Bengkok adalah salah satu pasar tradisional yang berlokasi di Pinang, Tangerang, Banten. Pasar Bengkok masih bertahan sampai sekarang dengan ciri khas para pedagang sayurnya yang mendominasi, selain pedagang sayur Pasar Bengkok juga diisi oleh banyak pedagang sembako hingga toko emas.
Karena letaknya tidak begitu luas, Pasar Bengkok sering menjadi langganan macet, hilir mudik angkutan umum terlihat mencari penumpang di sekitar Pasar Bengkok meskipun begitu, Pasar Bengkok tetap memiliki pangsa pasar tersendiri, kebanyakan yang berdatangan di pasar ini ialah ibu-ibu dan para pedagang sayur keliling yang mengambil sayur di pasar ini dan di perjual belikan lagi.
Seperti Pasar Tradisional kebanyakan, Pasar Bengkok terkesan jauh dari kesan bersih dan kesemrawutan, becek dan macet menjadi hal wajib dari sebuah pasar. Namun,
tahukah Anda bahwa di dalam Pasar Bengkok ini terdapat sebuah warung sayur yang bersih dan terhindar dari bau tidak sedap namun harganya tetap merakyat?
Warung Bang Soni, merupakan sebuah warung seluas 9 x12 meter, yang terletak di bagian dalam Pasar Bengkok, warung ini dapat diisi lebih dari 8 hingga 10 pedagang. Saat malam saya menjelajahi warung ini, hanya terdapat 4 pedagang yang masih berjualan sisanya sudah pulang dan akan berdagang kembali esok pagi.
Warung Bang Soni ini berlantaikan semen sehingga warung ini tak mungkin becek, selain itu Warung Bang Soni juga bersih karena terdapat wc dan wastafel di dalam warung ini, gunanya untuk mencuci barang barang yang ingin dijual sebelum dijajakan oleh para pedagang. Higienis dan bersih merupakan motto warung ini.
Warung Bang Soni berdiri sejak 2017 ini, Bang Soni yang merupakan pendiri warung ini dahulunya merupakan seorang pedagang sayur Pasar Bengkok yang tergerak jiwa inovatifnya untuk menarik orang orang yang tidak ingin berbelanja di pasar dengan alasan becek dan bau untuk tetap berbelanja di Pasar Bengkok tanpa harus khawatir becek dan bau.
Sanusi, salah satu pedagang sayur di Warung Bang Soni ini dahulu memiliki kios milik sendiri untuk menjajakan dagangannya, namun seiring berjalannya waktu Sanusi memilih untuk berjualan di Warung Bang Soni dengan alasan tidak ribet dan pelanggan mudah menemukan warungnya karena letaknya di depan.
Sanusi berdagang dari pagi hingga malam. Sayur mayur, ikan, dan daging yang ia jajakan pun tidak mudah habis karena isterinya yang dengan sigap mengantarkan sayur dari suplier jika sayur yang Sanusi jajakan habis itulah mengapa Sanusi jarang menanggung rugi.
“Alhamdulillah cukup nyekolahin anak 3, yang satu udah lulus kuliah di Universitas Budi Luhur ambil Sistem Informasi, anak yang kedua lulus SMA tahun ini, dan yang terakhir SMA kelas 1. Dagang sayur di sini alhamdulillah selalu untung” ujar Sanusi yang bertempat tinggal di Nerogtog, Tangerang tersebut.
Adanya warung ini, membuat Anita, seorang pembeli di Warung Bang Soni sadar bahwa becek dan bau bukan merupakan alasan utama seseorang tidak datang ke pasar tradisional. Dengan sedikit revitalisasi lantai pasar agar tidak becek akan menjadi alternatif agar pembeli tidak merasa risih.
“Aku kalau belanja sayur buat masak selalu di bang Sanusi, soalnya murah kan juga di pinggir jalan jadi aksesnya gampang. Suka miris sih kalo ngeliat banyak penutupan pasar garagara pemda yang ngga menyediakan tukang bersih bersih di sini, harusnya kan tinggal di buatin lantai semen biar ngga becek dan kasih wastafel disekitar sini biar higienis ya, pendapatku sih gitu” ujar ibu 2 anak ini.
Sejak dulu pasar tradisional tetap akan memiliki pangsa pasar tersendiri, banyak dari masyarakat Indonesia yang masih menggantungkan hidupnya di pasar tradisional. Menutup pasar tradisional dengan dalih banyak yang tidak peduli akan kebersihan pasar bukan merupakan alasan, contoh Warung Bang Soni ini, ia tetap mengedepankan kebersihan meskipun berada di pasar tradisional.
Warung Bang Soni, Alternatif Pasar Becek dan Bau
Pasar Bengkok adalah salah satu pasar tradisional yang berlokasi di Pinang, Tangerang, Banten. Pasar Bengkok masih bertahan sampai sekarang dengan ciri khas para pedagang sayurnya yang mendominasi, selain pedagang sayur Pasar Bengkok juga diisi oleh banyak pedagang sembako hingga toko emas.
Karena letaknya tidak begitu luas, Pasar Bengkok sering menjadi langganan macet, hilir mudik angkutan umum terlihat mencari penumpang di sekitar Pasar Bengkok meskipun begitu, Pasar Bengkok tetap memiliki pangsa pasar tersendiri, kebanyakan yang berdatangan di pasar ini ialah ibu-ibu dan para pedagang sayur keliling yang mengambil sayur di pasar ini dan di perjual belikan lagi.
Seperti Pasar Tradisional kebanyakan, Pasar Bengkok terkesan jauh dari kesan bersih dan kesemrawutan, becek dan macet menjadi hal wajib dari sebuah pasar. Namun,
tahukah Anda bahwa di dalam Pasar Bengkok ini terdapat sebuah warung sayur yang bersih dan terhindar dari bau tidak sedap namun harganya tetap merakyat?
Warung Bang Soni, merupakan sebuah warung seluas 9 x12 meter, yang terletak di bagian dalam Pasar Bengkok, warung ini dapat diisi lebih dari 8 hingga 10 pedagang. Saat malam saya menjelajahi warung ini, hanya terdapat 4 pedagang yang masih berjualan sisanya sudah pulang dan akan berdagang kembali esok pagi.
Warung Bang Soni ini berlantaikan semen sehingga warung ini tak mungkin becek, selain itu Warung Bang Soni juga bersih karena terdapat wc dan wastafel di dalam warung ini, gunanya untuk mencuci barang barang yang ingin dijual sebelum dijajakan oleh para pedagang. Higienis dan bersih merupakan motto warung ini.
Warung Bang Soni berdiri sejak 2017 ini, Bang Soni yang merupakan pendiri warung ini dahulunya merupakan seorang pedagang sayur Pasar Bengkok yang tergerak jiwa inovatifnya untuk menarik orang orang yang tidak ingin berbelanja di pasar dengan alasan becek dan bau untuk tetap berbelanja di Pasar Bengkok tanpa harus khawatir becek dan bau.
Sanusi, salah satu pedagang sayur di Warung Bang Soni ini dahulu memiliki kios milik sendiri untuk menjajakan dagangannya, namun seiring berjalannya waktu Sanusi memilih untuk berjualan di Warung Bang Soni dengan alasan tidak ribet dan pelanggan mudah menemukan warungnya karena letaknya di depan.
Sanusi berdagang dari pagi hingga malam. Sayur mayur, ikan, dan daging yang ia jajakan pun tidak mudah habis karena isterinya yang dengan sigap mengantarkan sayur dari suplier jika sayur yang Sanusi jajakan habis itulah mengapa Sanusi jarang menanggung rugi.
“Alhamdulillah cukup nyekolahin anak 3, yang satu udah lulus kuliah di Universitas Budi Luhur ambil Sistem Informasi, anak yang kedua lulus SMA tahun ini, dan yang terakhir SMA kelas 1. Dagang sayur di sini alhamdulillah selalu untung” ujar Sanusi yang bertempat tinggal di Nerogtog, Tangerang tersebut.
Adanya warung ini, membuat Anita, seorang pembeli di Warung Bang Soni sadar bahwa becek dan bau bukan merupakan alasan utama seseorang tidak datang ke pasar tradisional. Dengan sedikit revitalisasi lantai pasar agar tidak becek akan menjadi alternatif agar pembeli tidak merasa risih.
“Aku kalau belanja sayur buat masak selalu di bang Sanusi, soalnya murah kan juga di pinggir jalan jadi aksesnya gampang. Suka miris sih kalo ngeliat banyak penutupan pasar garagara pemda yang ngga menyediakan tukang bersih bersih di sini, harusnya kan tinggal di buatin lantai semen biar ngga becek dan kasih wastafel disekitar sini biar higienis ya, pendapatku sih gitu” ujar ibu 2 anak ini.
Sejak dulu pasar tradisional tetap akan memiliki pangsa pasar tersendiri, banyak dari masyarakat Indonesia yang masih menggantungkan hidupnya di pasar tradisional. Menutup pasar tradisional dengan dalih banyak yang tidak peduli akan kebersihan pasar bukan merupakan alasan, contoh Warung Bang Soni ini, ia tetap mengedepankan kebersihan meskipun berada di pasar tradisional.
Masquita Pragistari
mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
program studi Jurnalistik