Jakarta, Bangsa Indonesia harus waspada terjebak perang modern (proxy war) negara Asing, dua kekuatan Dunia antara AS dan China telah terjadi perang modern dan perang dagang, Seiring dengan perkembangan teknologi, sifat dan karakteristik perang telah bergeser. Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh Indonesia, salah satunya adalah proxy war, terutama China dengan teori perang Asymetrisnya melalui proyek OBOR.
Menurut Pengamat militer dan pertahanan Wibisono yang pernah meluncurkan buku “Bangsa Indonesia terjebak Perang Modern” ditahun 2004 ini mengatakan bahwa Proxy war tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik melalui politik, melalui ekonomi, sosial budaya, termasuk hukum.
“Proxy war merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko kehancuran fatal.” Ujar wibisono mengatakan ke awak media di Jakarta Selasa (1/11/2002).
Lanjutnya, Dalam proxy war, tidak bisa terlihat siapa lawan dan siapa kawan. Dilakukan non state actor, tetapi dikendalikan oleh sebuah negara. Ini karena ada banyak negara yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia melalui proxy war.
Dari hasil diskusi akademis dengan 25 Universitas di seluruh Indonesia, Lembaga Ketahanan Nasional RI dan lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan TNI menyatakan bahwa Proxy War dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam berbagai bentuk sebagai berikut :1. Melakukan Investasi besar-besaran ke Indonesia agar dapat mengeksploitasi dan menguasai sumber daya alamnya.2. Membuat pakta-pakta perdagangan guna menekan produk Indonesia melalui jalur diplomasi.
Wibisono mengingatkan bahwa perang modern sudah ada di Indonesia sejak dulu, cuma satu motifnya yakni mengeruk kekayaan alam kita dengan dalih kerjasama investasi, ” Saya melihat akhir akhir ini semakin massive Investasi asing menguasai sektor sektor tambang dan minyak kita, “saya prihatin bagaimana nasib Indonesia kedepan kalo anak cucu kita tidak bisa menikmati hasil dari ekploitasi besar besaran oleh asing sekarang ini, sehingga kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini tidak dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia,” pungkas Wibisono