JAKARTA, beritalima.com | Menlu Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo membahas mengenai perlindungan Laut China Selatan (LCS) bersama dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi. Pembahasan tersebut terjadi di tengah kunjungan Pompeo ke Indonesia, pemerintah dilematis.
Retno mengatakan Indonesia tetap pada sikapnya yakni menolak berbagai klaim maritim di wilayah perairan tersebut.
Menurut pengamat Militer dan Pertahanan Wibisono Pembahasan situasi di Laut Cina Selatan dengan AS sangat strategis terkait Untuk kepentingan Indonesia, Laut Cina Selatan harus dipertahankan sebagai tempat yang netral dan stabil untuk perdamaian diwilayah Asia.
Lanjut Wibi, bahwa konvensi III PBB tentang hukum laut atau The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982) merupakan acuan hukum yang harus diterapkan dan dihormati semua negara.
“Oleh karena itu, klaim apa pun harus didasarkan tentang prinsip-prinsip hukum internasional yang diakui secara universal termasuk UNCLOS 1982,” ujar Wibisono ke awak media di Jakarta Sabtu (31/10).
Wibisono menambahkan penandatanganan bersama Menlu Retno Marsudi mengenai Kepulauan Natuna yang bakal “diserahkan” menjadi lahan investasi AS. Tentu target AS adalah membuat pangkalan militer. Penguatan strategis dalam perseteruan dengan China.
Konflik Laut China Selatan memasuki babak baru. Bagian Indonesia akan menjadi pangkalan AS. China yang mengklaim Laut China Selatan sebagai milik warisan kesejarahan akan sedikit terganggu dengan sikap Indonesia, imbuh pria yang juga menjadi pembina LPKAN.
“Jika serius kerjasama dengan Amerika dapat dibayangkan marahnya China kepada Indonesia, karena kepentingan China untuk mensukseskan OBOR akan terganggu,” lugas Wibi.
Investasi AS di bagian terluar kepulauan Natuna menjadi fase awal masuknya kepentingan AS ke kawasan. Dengan dalih pengamanan teritorial Indonesia, AS akan bebas hilir mudik di kepulauan Natuna. Faktualnya adalah optimalisasi fungsi pangkalan militer AS di area.
Ini pilihan sulit di tengah pandemi dan krisis ekonomi. Kedatangan Pompeo akan berdampak marahnya China, Ambivalensi selalu kalah di ujungnya dan loyalitas yang diragukan akan dieliminasi, “Pompeo sukses memainkan panggung diplomasi. Memang langkah kelas dunia. Sekali datang Natuna sudah di tangan. Indonesia dibuat kebingungan menghadapi jasa-jasa investasi dan “debt-trap” China,” pungkas Wibisono. (red)