Menjadi dosen Widiastuti, SS.,M.Hum sehari-hari mengajar di STIM Lasharan Jaya Makassar terinspirasi dari sang ayah yang juga berprofesi sebagai dosen. Anak pertama dari pasangan suami istri, Drs Muchsin Haruna, MM dan Nurjannah Dahlan, A.Md.
Widiastuti mengawali karir mengajar 2007 silam sebagai pengajar pada Bimbingan Belajar JILC Makassar, saat masih berstatus sebagai mahasiswi semester 3 Jurusan Sastra Inggris Unhas.
Setelah menyelesaikan studi S1, di tahun yang sama melanjutkan jenjang pendidikan magister ke PPs-Unhas jurusan Bahasa Inggris.
Ingin mengasah lebih dalam kemampuan mengajarn mendaftar sebagai dosen bahasa Inggris di STIM Lasharan Jaya Makassar saat itu di bawah kepemimpinan Dr. Sahban Liba, MM, dan kini oleh Dr. Hernita, SE.,MM.
Setelah melewati beberapa tes mengajar, akhirnya dosen muda kelahiran 22 Oktober 1986 ini pun resmi menjadi dosen tetap Yayasan STIM Lasharan Jaya dengan mengampuh Mata Kuliah Bahasa Inggris Dasar dan Bahasa Inggris Bisnis 2010.
Menjadi dosen setiap hari ilmu semakin bertambah dan selalu berrsemangat untuk terus belajar dan belajar sebagai bekal kita mengajar.
Selain itu menjadi dosen akan membuat terlihat awet muda karena selalu dikelilingi mahasiswa yang berjiwa muda, tuturnya.
Tidak hanya itu saja kesenangan, ketika ada mahasiswa berhasil mencapai cita-cita mereka atau mendapatkan pekerjaan baik maka itu merupakan kesenangan dan kebanggan tersendiri.
Amal Jariah
Paling penting profesi dosen merupakan amal jariyah dengan pahala akan terus mengalir tiada henti.
Selaku dosen harus menjadi contoh bagi mahasiswa sehingga harus menjaga kelakuan dan tutur kata.
Terkadang diuji berbagai macam karakter mahasiswa, selaku dosen mempunyai tugas tidak mudah, bertanggung jawab membimbing, mengajar dan mentransfer ilmu pengetahuan.
Orang tua mereka pasti mempunyai harapan yang besar terhadap anak-anak mereka sehingga dia menitipkan anaknya untuk belajar di kampus tuturnya.
Sebagai dosen Bahasa Inggris tentu tidak semua mahasiswa menganggap Bahasa Inggris itu merupakan mata kuliah yang mudah.
Sebagian besar dari mereka menganggap mata kuliah ini sulit karena ada perbedaan antara tulisan dan pengucapan.
Terlalu banyak kosakata harus dihapal, tenses yang harus disesuaikan dengan keterangan waktu pada kalimat bahasa Inggrisnya. Lidah yang sudah kaku untuk berbicara bahasa Inggris dan alasan lainnya.
Mahasiswa S3 PPs-Unhas prodi linguistik Unhas 2017 ini, justru menganggap semua itu menjadi tantangan.
Bukan Momok
Dia berusaha membuat bahasa Inggris itu jadi mudah bagi mahasiswa dan bukan lagi menjadi suatu momok yang harus ditakuti oleh mahasiswa seperti harus mendapatkan nilai toefl dengan standar 450.
Dalam mengajarkan bahasa Inggris dia menggunakan metode pengajaran GTM atau Grammar Translation Method., kata ibu dari dua anak ini.
Metode pengajaran ini sangatlah cocok untuk mengajarkan bahasa asing misalnya saja Bahasa Inggris.
Dimana mengajarkan materi tentang bahasa menggunakan rumus, dan kemudian menggunakan alih bahasa ketika memberikan pengajaran membaca, menulis serta kosakata dalam bahasa Inggris.
Selain itu ia pun mengadakan kelas ekskul bahasa Inggris di STIM Lasharan, di akhir pertemuan mahasiswa mempraktekkan kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki selama ia belajar pada native
speaker (penutur asing).
Biasanya mahasiswa akan dibawa ke beberapa tempat wisata terkenal di Makassar seperti: Benteng Rotterdam, Pantai Losari, Pantai Akkarena dan beberapa tempat lainnya.
Karena menurutnya kunci menguasai Bahasa Inggris itu adalah latihan dan pembiasaan Bagaimana kita mempraktekkan bahasa Inggris yang dimiliki. (nasrullah)