Wow ! Tentara Ini Nekad Wawancarai Mbahnya Singa Dan Naga

  • Whatsapp

Kediri, Cap Go Meh tidak lepas dari segala tradisi yang mengiringinya, dan jelang Cap Go Meh mendatang, Babinsa Pakelan, Serda Abu Nur Arifin melakukan interaksi dengan Halim, selaku pengamat budaya, sekaligus orang yang mengerti betul seni barongsai dan liang liong.

Interaksi dilakukan di halaman Klenteng Tjoe Hwie Kiong, dan bertepatan hari ini juga, ada tradisi rangkaian Imlek di hari kesembilan. Disaat itu juga, ada latihan pemain barongsai dan liang liong, tepat didepan bangunan bernama Pasada Ghara. rabu (13/2/2019)

“Sebetulnya latihan barongsai dan liang liong, kita rutin. Acara Imlek maupun tidak, pasti ada latihan. Jadi, kita rutin latihan bukan menyambut Imlek. Berhubung ini ada Imlek sampai Cap Go Meh, kita lakukan latihan khusus,” ungkap Halim.

Halim menambahkan bahwasannya seni barongsai dan liang liong juga digunakan acara-acara lainnya, seperti membuka suatu usaha, membuka suatu acara besar serta tradisi-tradisi lainnya.

Selain itu, seni barongsai dan liang liong saat pentas, selalu melakukan ritual, seperti kalau barongsai itu Thiam. Dijelaskan Halim, Thiam bisa diasumsikan seperti ritual yang biasa dilakukan saat pentas Jaranan atau Kuda Lumping.

“Barongsai ini harus ada ritualnya atau sesajennya. Seperti saat ini, di Klenteng dari Imlek sampai Cap Go Meh, barongsai harus di Thiam dulu. Di Thiam atau sesajen, karena barongsai ini seperti peliharaan dewa,” jelas Halim.

Menurut Halim, seni barongsai dan liang liong Tjoe Hwie Kiong ini sering diundang keluar. Orang-orang yang mengundang kedua seni ini dilakukan supaya mendatangkan rejeki atau berkah.

“Jadi para binatang dewa dewi ini, supaya menarik rejeki atau berkah kepada orang yang mengundangnya. Ini sebenarnya punya sejarah tersendiri, dari barongsainya atau liangliongnya, ada sejarahnya,” sambung Halim.

Menjadi pemain baringsai atau liang liong, dikatakan Halim, semua pemainnya harus memiliki kemampuan. Kemampuan dimaksud adalah kemampuan fisik, kemampuan konsentrasi dan kemampuan otak.

“Pemain-pemain barongsai, harus memiliki kemampuan-kemampuan, agar saat tampil, bisa mengekspresikan gerakan itu seperti gerakan singa atau gerakan naga. Seperti gerakan singa, itukan raja hutan, raja darat, jadi pemain-pemain harus mengekspresikan gerakan seperti raja hutan atau raja darat,” jelas Halim.

Dijelaskan Halim, singa itu memiliki filosofi, binatang peliharaan dewa yang membantu dan menghilangkan aura-aura negatif, serta mendatangkan aura-aura positif. Seluruh pemain, khususnya barongsai, harus bisa menarik perhatian orang yang menontonnya.

Dari pengamatan sepintas, memang ada tingkat kesulitan saat memainkan barongsai, terutama dilakukan diatas kursi-kursi panjang yang tersusun bertumpuk. Butuh kejelian, kapan waktunya naik dan kapan waktunya turun.

Selain itu, keseimbangan pemain saat berada di posisi paling atas tumpukan kursi panjang, harus benar-benar terjaga, bila konsentrasi hilang, bisa berdampak runtuhnya tumpukan kursi panjang, sekaligus terjatuhnya para pemain.

Wawancara yang dilakukan ini semata-mata ingin mencari tahu kebenaran informasi atau pengetahuan seputar tradisi Imlek hingga Cap Go Meh, termasuk yang ada didalamnya, salah satunya barongsai dan liang liong. (dodik)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *