SURABAYA, beritalima.com | Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, yayasan yang menaungi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), memperingati Hari Pahlawan dengan menggelar Serasehan Kebangsaan di Benteng Kedung Cowek, Surabaya, Selasa (12/11/2019).
Kegiatan bertema “Teladani Semangat Kepahlawanan Perjuangan Arek-arek Suroboyo Demi Kemajuan Bangsa Tanpa Melupakan Saksi Sejarah” ini diikuti Rektor, para dosen dan ratusan mahasiswa UWKS, serta para pejabat setempat.
Ketua Pembina Yayasan Wijaya Kusuma, Prof dr H.R.Soedarso Djojonegoro, dalam sambutannya mengatakan, pada rinsipnya menghargai sejarah dan masa lalu adalah kepemimpinan yang arif.
“Karena yang lalu itu bukan residu sisa sampah, melainkan temukanlah yang baik untuk dikembangkan, yang jelek jangan diulang,” ujar Soedarso.
“Jika ada event lain, kami ingin mengumpulkan 5000 siswa-siswi kelas 5 sekolah dasar mengajak dolanan atau bermain non gadget dan menyanyikan lagu dari Benteng Kedung Cowek ini,” tambahnya.
Rektor UWKS, Prof. H.Sri Harmadji dr. Sp. THT-KL(K), mengatakan, pihaknya sengaja menggelar peringatan Hari Pahlawan di tempat ini untuk mendekati Kodam V Brawijaya serta pemerintah setempat agar kawasan ini bisa digunakan sebagai program wisata belanegara.
“Jadi sarasehan ini selain untuk mengenali sejarah serta meneladani semangat kepahlawanan Arek-arek Suroboyo, kami mengajak mahasiswa dan masyarakat agar mencintai para pahlawan dengan mengunjungi lokasi sejarah. Dan saat ini kami beri contoh pada masyarakat bahwa cara kami mencintai pahlawan ini dengan cara seperti ini,” kata Sri Harmadji.
Pabandya Bakti TNI Staf Teritorial Daerah Militer (Sterdam) V/Brawijaya, Letkol inf Didi Suryadi, dalam kesempatan ini mengingatkan para pemuda tidak lupa sejarah. Sebab, tutur dia, ancaman ke depan semakin kompleks dan multidimensional, baik ancaman militer maupun nonmiliter.
Menurutnya, ancaman nonmiliter sangat sulit diprediksi dan diidentifikasi serta lebih berbahaya daripada ancaman militer. Sehingga tidak bisa diselesaikan dengan alutsista yang dimiliki TNI secanggih apapun. Untuk itu harus dibangun strategi ketahanan negara yang kuat.
“Kalau ancaman militer mudah diidentifikasi, karena suatu negara apabila akan melakukan perang harus ada pernyataan perang. Jika tidak ingin terjadi perang, maka melalui jalur diplomasi. Akan tetapi ancaman nonmiliter tidak ada pernyataan perang, masuk rumah tanpa permisi dan setiap hari di kantong kita, contohnya handphone,” tambahnya.
Dalam acara ini, mereka yang hadir diajak mengenali sejarah berdirinya Benteng Kedung Cowek yang dipaparkan pendiri komunitas pecinta sejarah dari Roodeburg Soerabaia, Ir. Ady Setyawan. Sosok muda ini telah keliling dunia hingga sampai Belanda untuk menghimpun literatur sejarah tentang Benteng Kedung Cowek yang dulu juga dikenal sebagai gudang peluru ini.
Ady mengatakan, terdapat tiga patokan utama terkait berdirinya benteng yang terletak di dekat Jembatan Suramadu – Pantai Kenjeran Surabaya ini, yakni blue print atau buku biru, media massa pada masa itu, dan keterangan para sejarahwan.
Disebutkan, benteng ini dirancang pada tahun 1899 dan dibangun pada tahun 1910 sebagai basis pertahanan. Setelah Belanda kalah, benteng ini dikuasai oleh militer Jepang. Namun karena Jepang juga takluk dari pasukan sekutu, akhirnya benteng tersebut diduduki Indonesia.
“Saat pertempuran 10 November, benteng ini dijadikan basis pertahanan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pasukan Sriwijaya. Mereka bertempur melawan musuh menggunakan senjata meriam yang masih tersimpan, bekas peninggalan Belanda dan Jepang,” lanjut Ady.
Selain Serasehan Kebangsaan, dalam acara ini juga dilakukan penyerahan beasiswa dari Bank OCBC-NISP kepada 200 mahasiswa UWKS berprestasi. Acara yang dimulai pukul 09.00 ini berakhir menjelang Adzan Dhuhur. (Ganefo)
Teks Foto: Peringatan Hari Pahlawan yang digelar Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya di Benteng Kedung Cowek Surabaya, Selasa (12/11/2019).