Caption:
Anggota DPRD provinsi Jatim Adam Rusydi SPd
SIDOARJO, beritalima.com|
Polemik terkait ketersediaan pupuk urea bersubsidi, menjadi PR yang hingga saat ini masih menimbulkan banyak konflik. Sementara kebutuhan akan pupuk terus meningkat, namun ketersediaan pupuk urea bersubsidi, sangat sulit di dapatkan. Jika adapun, pupuk urea tersebut, harganya sangat mahal.
Menanggapi permasalahan pupuk yang menimbulkan keprihatinan tersebut, anggota DPRD provinsi Jatim Adam Rusydi SPd mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini memiliki solusi yang dianggap bisa menyelesaikan polemik terkait pupuk urea bersubsidi.
“Memang kami ada pilot project di Desa Gedang Rowo Prambon, Sidoarjo. Di mana kami di sana memang memberikan pemahaman yang melibatkan para pakar pertanian untuk melakukan uji coba pupuk organik. Dan dalam Pilot Projects Pupuk Organik tersebut, kita mengajak kaum milenia. Karena nantinya mereka lah yang akan melanjutkan proses bertani,” terang ketua umum DPD partai Golkar Sidoarjo ini.
“Alhamdulillah dengan adanya pupuk organik itu, yang sebelumnya hanya menggunakan pupuk urea, mereka satu hektar nya bisa panen padi 6 ton. Sementara kalau menggunakan pupuk organik, Alhamdulillah panen padi kemarin mencapai per hektar 8,8 ton,” tandas anggota komisi E DPRD provinsi Jatim ini.
Karena itu, laki-laki muda berparas tampan ini berharap kepada seluruh masyarakat petani, agar jangan terlalu mengandalkan pupuk urea. Disamping harganya sangat mahal, barangnya juga langka, sulit di dapat. Sementara kebutuhan akan pupuk tidak bisa ditunda.
“Yang hari ini para petani masih bergantung pada pupuk urea, saya sarankan sudah mulai dikurangi ketergantungannya, itu yang pertama. Yang kedua ada sebuah solusi dimana pupuk organik itu menjadi salah satu jawaban atas kelangkaan dan kurang ketersediaannya pupuk bersubsidi. Harga pupuk organik jauh lebih murah, untuk kebutuhan 1 hektar sawah harga pupuk organik hanya Rp 17.000,- saja,” sambungnya.
Adam menuturkan, dalam Pilot Projects penggunaan pupuk organik, disamping melibatkan kaum milenia, Adam juga memberikan contoh hasil dari uji coba penggunaan pupuk organik tersebut.
“Kita menggunakan tiga contoh, pertama menggunakan pupuk urea murni, yang kedua menggunakan pupuk urea dicampur dengan pupuk organik, yang ketiga menggunakan pupuk organik murni. Hasilnya, yang menggunakan pupuk urea asli, panen padi kemarin menghasilkan 6 ton per hektar nya. Yang menggunakan pupuk campuran antara urea dan pupuk organik, hasil panen padi per hektar sekitar 7 ton. Sementara yang menggunakan pupuk organik asli panen padi nya per hektar mencapai 8,8 ton,” sambungnya.
“Alhamdulillah pupuk organik kemarin yang sudah kami jadikan Pilot Projects itu ternyata juga ada daya untuk mengurangi hama tikus. Jadi tikusnya enggak doyan makan padi yang menggunakan pupuk organik. Target kita adalah masyarakat petani dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Karena petani itu hanya mengandalkan hasil panen padi, dan padi merupakan bahan pokok ketahanan pangan. Dengan penemuan dan pembuktian bahwa pupuk organik tersebut ternyata jauh lebih baik untuk diimplementasikan dalam bercocok tanam, hasil padinya juga lebih sehat untuk dikonsumsi,” pungkasnya.(Yul)