“Kami petani mengapresiasi tujuan Ibu Meneg BUMN dengan berbagai terobosan kebijakan, termasuk soal rendemen dan jaminan harga ini khan positif buat petani, tapi buat spekulan tentu pukulan,” tambah Ketua APTRI PTPN X, H Mubin.
Menurut Mubin, dengan gelisahnya pedagang berspekulasi harga, bukan hanya mereka mengatur startegi pemasaran, tapi juga terlibat di balik munculnya ancaman boikot atas namakan petani tebu ke PTPN X.
“Awal pekan ini ada pihak mengatasnamakan petani di Jombang menyatakan akan boikot tidak setor tebu ke PTPN X. Lho, lalu mau disetor kemana? Apa motifnya? Janganlah publik dianggap tidak tahu kalau agen dan boneka pedagang sedang bermain dengan organisasi boneka,” tanya Mubin.
Menurut Mubin, ancaman itu sekadar isapan jempol belaka. Karena sebagian petani di Jombang dan umumnya di Jawa Timur bagian Barat masih memegang loyalitas dan rasionalisasinya bahwa tebu mereka masih akan digiling ke PG milik PTPN X, yang merupakan diantara BUMN gula terbesar di Indonesia.
“Kalau tebu tidak digiling, apa petani gak malah rugi? Lalu kalau petani rugi siapa yang mau nanggung? Kami petani bukan orang bodoh, ini pasti ada oknum bermain untuk suarakan kepentingan pedagang dan spekulan,” jelas Mubin.
Mubin menambahkan, saat ini jumlah pasokan tebu yang masuk ke pabrik gula serta panjangnya antrian truk pengangkut tebu sepanjang 3 KM baik di PG Gempolkrep, PG Ngadiredjo maupun PG Pesantren Baru.
“Panjang antrian ini bukti kalau petani tidak menggubris skenario oknum yang mengatasnamakan petani untuk boikot. Ini fakta yang sesungguh-sungguhnya,” kata Mubin.
Mubin menambahkan, petani sudah melakukan tebang dan tetap mengirim tebu sesuai dengan jadwal ke pabrik gula. Terkait jaminan pendapatan minimal petani setara rendemen 8,5 persen, petani menyambut dengan gembira, karena bisa memperoleh pendapatan lebih bila dibandingkan dengan sebelumnya. (Ganefo)