Angka Perokok Anak Indonesia Meningkat Tajam, Iklan dan Cukai Penyebabnya

  • Whatsapp
TCSC IAKMI Jawa Timur, usai acara Media Brefing Hari Kesehatan Nasional di Surabaya, Minggu (11/11/2018).

SURABAYA, beritalima.com – Jumlah perokok anak di Indonesia terus mengalami peningkatan, sama halnya jumlah perokok dewasa. Angkanya membuat kita sangat miris.

Akan tetapi, yang membuat kita kapan hari agak lega, pemerintah berani menargetkan mampu menekan jumlah perokok anak hingga 5,4 persen di tahun 2019 mendatang, kendati tidak jelas bagaimana konsepnya.

Data dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur menyebutkan, di tahun 2018 ini jumlah perokok anak meningkat 9,1 persen dari tahun 2012.

Di tahun 2012, jumlah perokok anak di bawah 10 tahun sudah sekitar 239.000 anak, dan anak usia 10 tahun hingga 14 tahun ada sekitar 1,2 juta anak.

Angka-angka itu sekarang sudah meningkat 9,1 persen. “Ini mustahil bisa ditekan pemerintah ke angka 5,4 persen tahun 2019,” kata Pelaksana Bidang Advokasi LPA Jatim, Priyono Adi Nugroho, di acara Media Briefing yang digelar TCSC IAKMI Jawa Timur di Surabaya, Minggu (11/11/2018).

Karena itu, LPA Jatim seolah berani taruhan pemerintah akan gagal mencapai target yang dicanangkan, terlebih faktor-faktor pendukung penekanan jumlah perokok tidak diterapkan pemerintah.

Menurut LPA Jatim, beberapa faktor penyebab kegagalan pemerintah menekan jumlah perokok anak itu di antaranya karena cukai rokok batal dinaikkan dan semakin semaraknya iklan rokok.

“Tidak dinaikkannya cukai rokok membuat harga rokok tidak naik hingga masih terjangkau anak-anak. Ini membahayakan anak, karena mereka dapat membelinya,” lanjut Nugroho menyayangkan.

Di samping akibat cukai rokok yang batal dinaikkan hingga menyebabkan jumlah perokok anak di Indonesia makin bertambah, Priyono menambahkan, longgarnya peraturan pemerintah tentang iklan rokok juga menjadi salah satu faktor pemicu.

Priyono berharap pemerintah serius membatasi keberadaan iklan rokok yang bertebaran di sejumlah tempat.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Ilham Akhsanu Ridlo, sependapat, iklan rokok salah satu pemicu tingginya perokok anak.

Ilham mengaku telah melakukan penelitian soal iklan rokok di Surabaya. Menurutnya, iklan rokok di Surabaya terlalu banyak, terutama di Surabaya Pusat dan Surabaya Selatan.

“Di Surabaya Selatan ada 87 titik reklame, di Surabaya Pusat ada 71 titik reklame. Ini dipasang ditempat umum,” ujar Ilham.

Lebih mencemaskannya lagi, Iklan rokok juga banyak ditemukan di sejumlah tempat pusat kegiatan anak yang seharusnya bebas dari pengaruh rokok, yakni di sekolah, pondok pesantren, dan layanan kesehatan masyarakat.

Dia menyebutkan, iklan rokok itu di antaranya ada di dekat Puskesmas Sawahan, di RSUD dr Soetomo, di dekat Rumah Sakit Kendangsari, dan di dekat RS Husada Utama. Dia berharap aturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ditegakkan oleh aparat pemerintah. (Ganefo).

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *