MADIUN, beritalima.com- Pohon tepi jalan tidak hanya berfungsi sebagai peneduh. Namun, juga berfungsi untuk keindahan. Tak heran, keberadaannya wajib terus dijaga.
Untuk itu, Pemkot Madiun, Jawa Timur, rutin melakukan perawatan ribuan pohon tiap harinya. Selain menjaga fungsi ekologi, perawatan juga sebagai antisipasi bahaya yang ditimbulkan. Ini penting mengingat cuaca sedang tak menentu belakangan ini.
‘’Pohon tepi jalan harus memiliki fungsi lindung dan ekologi. Tetapi tidak boleh menganggu pemakai jalan. Jarak tiga meter dari tanah harus bersih dari ranting dan daun,’’ kata Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Madiun, Soeko Dwi Handiarto, Senin 4 Desember 2017.
Jarak tiga meter, lanjutnya, merupakan instruksi langsung dari walikota. Harapannya, tidak menganggu masyarakat. Mulai pejalan kaki hingga pengendara. Namun, bukan berarti dipangkas habis. Fungsi keindahan dan peneduh tetap harus diperhatikan.
Soeko menyebut, ada sekitar tujuh ribu pohon di Kota Madiun. Mulai pohon besar hingga yang tanaman berbunga. Perawatan juga menyasar pohon masyarakat yang menjulur ke jalan. Atas ijin pemilik tentunya.
‘’Cuaca saat ini sedang tidak menentu. Ini juga sebagai antisipasi ranting patah hingga pohon tumbang,’’ ujarnya.
Perawatan bukan hanya soal perapian ranting dan dahan. Kondisi pohon juga diperiksa. Sebab, kondisi pohon seringkali menipu. Artinya, pohon terlihat masih kokoh dari luar. Namun, nyatanya keropos di bagian dalam.
Ini, lanjutnya, bisa menjadi bom waktu. Dapat tumbang sewaktu-waktu. Pemeriksaan secara fisik hingga analisis data. Mulai bagian kulit, lebatnya daun, bagian akar yang terlihat, getah, hingga posisi (tegak atau miring). Data dilihat dari usia pohon dan riwayat kejadian sebelumnya.
‘’Prinsipnya antisipasi terus kami lakukan. Bukan hanya pada musim penghujan seperti ini. Tetapi secara berlanjut,’’ tegasnya sembari menyebut melakukan penyiraman rutin disaat musim kemarau.
Pemangkasan juga untuk mengembalikan fungsi trotoar.
Soeko menyebut, trotoar seringkali menjadi tempat mangkal saat cukup teduh akibat rindang pohon. Tak heran, jika digunakan sebagai tempat parkir hingga berjualan. Padahal, trotoar merupakan hak pejalan kaki.
Perawatan, kata Soeko, melibatkan sekitar 80 petugas. Mereka terbagi ke beberapa titik. Soeko menyebut, jumlah pekerja sudah dirasa pas. Bahkan, ada empat mandor dalam satu titik. Padahal, dulunya hanya seorang. Harapannya, perawatan semakin optimal.
‘’Peralatan juga kami tambah. Mulai gergaji mesin, arit, dump truk, hingga kendaraan crane tangga dengan jangkauan ketinggian hingga sepuluh meter. Kalau masih kurang tinggi bisa menggunakan crane JPU,’’ pungkasnya. (Diskominfo).
Foto: Dibyo/beritalima.com