Oleh : Bambang Oeban
Persatuan Artis Film Indonesia didirikan pada awal bulan Maret 1956 dalam kongres yang diadakan para pemain dan pekerja film melakukan kongres pada saat itu. Pendirinya, antara lain: Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik.
Keinginan para artis untuk membentuk organisasi profesi, sejak tahun 1940, saat dibentuk SARI (Sarikat Artist Indonesia). Anggota SARI adalah, pemain sandiwara, penari, sutradara, penyanyi hingga pelukis.
Tahun 1951, lahir Persafi (Persatuan Artis Film dan Sandiwara Indonesia), wadah kelanjutan dari SARI, meski terjadi kemandulan, kemudian lahir PARFI pada tahun 1956. Kongres Pertama embrio PARFI, diadakan di Manggarai pada tahun 1953.
KETUA PARFI DARI MASA KE MASA
SURJO SOEMANTO (1956 – 1971)
SOFIA WD. (1971 – 1974).
R. SOEDEWO (1975 – 1978).
SUKARNO M. NOOR (1978 – 1983).
RATNO TIMOER (1984 – 1998).
SYS NS (1999 – 2001).
EVA ROSDIANA DEWI (2001 – 2006).
YENNY RACHMAN ( 2006 – 2011).
A. Gatot Brajamusti (2011 – 2016).
APAKAH PARFI HANYA TINGGAL NAMA DALAM HALAMAN BUKU SEJARAH PERFILMAN INDONESIA?
Kalau saja pada akhirnya, orang-orang Parfi menggeliat di percaturan partai politik, kenapa sejak semula ketika berdiri Parfi, tidak pernah terpikirkan dibentuk bidang perpolitikan? Siiapapun presidennya dari yang pertama sampai yang terpilih saat ini, tidak bisa menyangkal bahwa, usia Parfi lebih tua dari Golkar (20 Oktober 1964) atau partai politik lainnya … Parfi didirikan 10 Maret 1956, dan peresminya adalah Ibu Fatmawati Sukarno, presiden pertama Indonesia, ibu dari mbak Megawati, pentolan PDIP… Sedangkan semua parpol yang masih bertengger sampai saat ini, lahir di atas tahun 60-an …
Kalau saja Parfi, sejak lama serupa partai politik, sudah barang tentu nasib perfilman Indonesia tidak mengalami nasib terombang-ambing digilas kehebatan film-film import. Karena dunia perfilman disikapi segesit strategi, taktik jurus sakti politik, sekalipun termasuk di antara pinjaman uang luar negeri, memproduksi setara film kolosal Eropa, China atau Jepang … namun mampu bersaing dengan kehebatan Hollywood atau Bollywood, bukan sebatas puas pernah lahir Tangkiwood di jaman Tan Ceng Bok, Mak Wok …
Sejak lama Indonesia, mempunyai para sutradara hebat. Dari masa Usmar Ismail, Suryo Sumanto sampai pada dekade Teguh Karya, Syumanjaya, Arifin C Noer, dan terakhir Joko Anwar berani tampil lewat Gundala Putra Petir, menstandarkan gaya olah cipta film produk Marvel, bukankan cita-cita untuk membumi-samuderakan film Indonesia, perlu diberikan acungan empat jempol!
Tapi semua hanya satu luapan kisah dari seorang seniman dalam keisengan …
Dan saat ini, apa yang terjadi tentang nasib Parfi? Hidup segan mati tak sudi. Siapa yang dipersalahkan? Siapa yang perlu dikambinghitamkan? Tentu tak baik saling tuduh dan berdampak fitnah apalagi melahirkan caci, maki dan hujad. Dan kita saksikan dengan mata kepala, selagi orang-orang Parfi yang masih hidup, termasuk kita.
Kemungkinan besar, mereka para perintis Parfi di masa silam, di alam peristirahatan dibalik bumi, tentu hanya bisa menundukkan kepala menahan kepiluan yang mendalam, menyaksikan nasib Parfi, seperti sebuah kapal tua yang terlalu banyak nahkoda, tapi tidak mampu menciptakan perubahan … ketika semua berdiri pada pikiran masing-masing atasnama demi memperjuangkan nasib tragis Parfi, apakah akan mampu menyelesaikan masalah, dan akan mencapai cita-cita besar, agar masa depan Parfi senantiasa akan lebih baik lagi?
Selama orang-orang Parfi tidak pernah mau bersikap rendah hati, mau menyatukan sikap tata laku dalam kebeningan jiwa, maka selamanya yang akan timbul, sebatas dijadikan peluang untuk mencari kesempatan mencari keuntungan sebatas kepentingan golongan atau gerombolan, bukan kekuatan nama besar Parfi yang pernah ada di masa lalu …
Parfi memang bukan Partai Politik, melainkan Organisasi Profesi tertua di negeri ini, tapi sekiranya orang-orang Parfi yang punya kemampuan dalam perpolitikan mau mengorbankan waktunya untuk memperjuangkan Parfi dengan rumusan strategi politik, tentu nasib Parfi tidak akan terjadi seperti saat ini …
Mereka yang kini ada di lembah perpolitikan, apakah tidak merasa dibesarkan atau ditenarkan dari dunia perfilman, lantaran suara yang mereka dapatkan adalah hasil dari perfilman …
Dan lagi-lagi, kita yang tidak terlalu hebat atau teramat risih dalam urusan perpolitikan, hanya bisa berdoa dan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk membuat terobosan … mengadakan pendekatan, merayu orang-orang berduit untuk peduli menghidupkan Parfi … apakah termasuk disebut para pejuang Parfi? Sedangkan Parfi di masa lalu, dibangun melalui tetes keringat perjuangan dengan segala kesederhanaan, berlandaskan niat baik dan keihlasan …
Kemungkinan besar, apabila orang-orang Parfi mau duduk bareng, tentu RAPBN buat Film Nasional, sudah semestinya diwujudkan, bukan cuma penyelenggaraan Awards, tapi beratus jumlah film dalam negeri diproduksi, pertahunnya …
PARFI DI ABAD GLOBALISASI BUKAN SEKADAR DERETAN MIMPI DI PAGI HARI …
SALAM PARFI BERSATU!
Bambang Oeban …
Dari Desa Singasari, Bogor,
Konon, Anggota Biasa Parfi,
masih aktif di sinetron dan
film sampai saat ini ..