Banyak Anak Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan, Aktivis ‘GENCAR’ Kecam Polisi

  • Whatsapp
Aktivis Gresik children Rescue, Umi Khulsum.(Ron)

GRESIK,beritalima.com- Tragedi memilukan itu terjadi di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu lalu (01/10/2022).

Ratusan orang harus kehilangan nyawanya, hanya karena sebuah pertandingan sepak bola yang mempertemukan tuan rumah Arema Malang Vs Persebaya Surabaya.

Kejadian itu tentu menyisahkan kepedihan bagi para keluarga korban. Apalagi terdapat korban anak-anak dan perempuan yang awalnya hanya ingin melihat tim kesayangannya bertanding, tanpa disadari bahwa akan merenggut nyawanya.

Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPAA) mencatat sebanyak 17 anak dari usia 12 hingga usia 17 meninggal dunia. Juga terdapat pula sejumlah korban meninggal berjenis perempuan. Belum lagi menghitung korban luka-luka.

Atas kejadian itu, Kecaman datang dari berbagai pihak. Salah satu lembaga yang mengecam keras adalah Gresik children Rescue (Gencar). Sebuah lembaga pemerhati anak.

lembaga yang bermarkas di Kabupaten Gresik ini, mengungkapkan rasa prihatin atas peristiwa yang merenggut puluhan nyawa anak-anak dan perempuan yang tidak berdosa.

“Pertama saya mengucapkan turut berduka cita atas jatuhnya korban dalam tragedi Kanjuruhan. yang menelan korban dari anak anak dan perempuan,” kata Umi Khulsum seorang aktivis Gencar, pada Senin (03/10/2022).

Lebih lanjut, Umi, mengecam tindakan represif aparat kepolisian kepada suporter Aremania. Terutama ketika aparat menembakkan gas air mata ke tribun penonton yang notabennya disitu terdapat anak anak dan perempuan. Hal itu dianggapnya salah sasaran.

Mestinya, jelas Umi, aparat kepolisian lebih fokus menertibkan atau menghalau suporter anarkis yang berada di lapangan, sehingga tidak terjadi peristiwa tersebut.

“Harusnya polisi sebagai pihak keamanan paham mereka nonton bola bukan sedang demo. Mereka sepertinya tidak siap untuk antisipasi, seperti water Canon yang tidak tersedia,” kata perempuan kelahiran Jombang tersebut.

Selain itu, Umi, juga mengaku geram, atas keteledoran Panitia Penyelenggara (Panpel) pertandingan. Dia meminta Panpel harus bertanggung jawab atas kejadian ini. karena dianggap kurang mempertimbangkan jumlah penonton yang masuk ke stadion sehingga terjadi over kapasitas.

“ Panpel harus bertanggung jawab dalam kejadian tersebut karena informasi yang beredar ada overload penonton dan panpel tidak menyediakan balkon atau tribun khusus untuk perempuan dan anak anak,” tegasnya.

Dengan adanya peristiwa ini, Dia berharap, kedepan, agar para suporter menjadi lebih dewasa dalam dalam menyikapi hasil pertandingan. Sehingga, peristiwa tersebut tidak terulang lagi.

Dia juga berharap Kepada Komnas HAM menuntaskan kasus ini se-obyektif mungkin. Mengingat Komnas HAM sekarang sedang melakukan investigasi Di Malang.

“Saya berharap berharap komnas HAM bisa mengurai permasalahan ini dalam investigasinya agar bisa diketahui secara jelas siapa yg patut bertanggung jawab dan mereka harus mendapatkan hukuman sesuai dengan porsinya masing masing,”pungkasnya.

Perlu diketahui, diberitakan sebelumnya, terjadi kerusuhan usai laga Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Suporter Arema memasuki lapangan karena tak terima dengan hasil pertandingan yang memenangkan Persebaya dengan skor 2-3.

Insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.

Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter.

Akibatnya, suporter berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas, penumpukan massa, dan terinjak-injak.

Dari informasi, Korban meninggal akibat tragedi Kanjuruhan, Malang yang teridentifikasi kurang lebih sebanyak 125 jiwa.(*)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait