PROBOLINGGO, beritalima.com – Berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammdiyah, komunitas Masyarakat Aboge mulai mengawali puasa pada hari minggu (28/05/2017). Perbedaan ini menjadi kebiasaan bagi komunitas warga Aboge khususnya di kabupaten probolinggo pasalnya, di klaim hal itu sudah berlangsung sejak turun temurun dan keyakinan itu mengacu pada perhitungan komunitas yaitu kitab (Jerobe).
Komunitas warga Aboge sendiri dikenal sebagai komunitas yang memiliki pedoman kuat. sehingga sulit sekali untuk mengikuti ketentuan pemerintah pada umumnya. meski berbeda dalam penentuan awal bulan ramadhan dan hari raya idul fitri akan tetapi secara keseluruhan memiliki kesamaan dengan warga nahdliyin pada umumnya, hanya saja yang paling mencolok yaitu dalam menentukan awal puasa dan satu syawal yang riil dalam pelaksanaannya berjarak satu hari dengan NU dan dua hari dengan Muhammadiyah.
Hal itu dibenarkan oleh Ustadz Emus tokoh Aboge probolinggo kecamatan kuripan saat ditemui oleh beritalima.com. di kediamannya jumat (26/05/2017). Kita tetap memegang teguh pada apa yang menjadi kebiasaan disini.
“Kita tetap berpegang teguh pada apa yang menjadi kebiasaan disini, yaitu mengawali berpuasa satu hari dari ketentuan pemerintah. Alasannya sederhana karena kita mempunyai pedoman sendiri,” ungkapnya.
Salah satu warga bernama Sayali (47 tahun) juga mengatakan hal yang sama. Saya mulai berpuasa hari minggu lusa dan warga lainnya disini juga begitu.
“Saya mulai berpuasa hari minggu lusa dan warga lainnya disini juga begitu,” ujarnya singkat.
Untuk di ketahui, nama atau kata Aboge sendiri memiliki kepanjangan arti yaitu (Ahad Rebo Wage). Namun komunitas ini di kabupaten proboliggo jawa timur tergolong minoritas pasalnya, eksistensi serta keberadaan komunitas ini dapat di jumpai hanya di beberapa kecamatan saja. Seperti kecamatan kuripan, lumbang, sukapura, wonomerto, atau daerah yang lebih dekat dengan suku tengger gunung bromo. (Anam Junaidi)