SURABAYA, beritalima com|
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan mengalami bencana alam. Beberapa tahun terakhir, bencana alam yang melanda wilayah Indonesia semakin meningkat dan menimbulkan banyak korban.
Antisipasi perlu untuk mengatasi berbagai dampak akibat bencana alam. Salah satunya dengan penyediaan makanan darurat. Makanan darurat untuk para korban dan pengungsi bencana alam lazimnya harus mampu memasok energi dan gizi serta komponen bioaktif penting lain dalam jumlah yang memadai.
Inovasi Makanan Darurat untuk Korban Bencana Alam
Berbekal keinginan untuk menyediakan makanan darurat bagi para pengungsi bencana alam yang bergizi, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Ir Annis Catur Adi memulai penelitiannya. Ia meneliti pembuatan prototipe Biskuit Darurat Indonesia (BIDARI).
Prof Annis menuturkan bahwa ide penelitiannya berasal dari pengalamannya ketika melakukan visit ke daerah-daerah terdampak bencana alam di Indonesia.
“Fakta yang terjadi di lapangan saat ini adalah penyediaan makanan darurat masih berupa makanan instan dan biskuit biasa. Akibatnya, kelompok rentan gizi seperti balita, lansia, serta ibu hamil dan menyusui berisiko menurun status gizi dan daya tahan tubuhnya,” ujar Prof Annis.
“Setelah saya melakukan visit ke beberapa daerah terdampak bencana alam, akhirnya terbesit ide penelitian. Untuk mengembangkan makanan darurat berbasis pangan lokal yang padat gizi dan dapat memberikan manfaat peningkatan imunitas serta anti-distress,” sambung Ketua DPD PERGIZI PANGAN Jawa Timur tersebut.
Praktis dalam Berbagai Keadaan
Prof Annis menyampaikan biskuit BIDARI dapat menjadi bekal makanan dalam berbagai keadaan. Baik di darat, laut, maupun udara. Termasuk saat terjadi kemacetan. Biskuit, ujar pengurus ICMI Jawa Timur itu, merupakan makanan yang enak, praktis dan ringan untuk dibawa.
“Adanya biskuit BIDARI diharapkan dapat menjadi solusi yang aplikatif dan berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan terkait kebutuhan akan makanan darurat bagi korban terdampak bencana alam,” paparnya.
Pengajuan Hak Kekayaan Intelektual
Ia mengatakan saat ini produk biskuit BIDARI masih tahap pengajuan untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual. Kendati masih dalam proses, ia berharap penelitiannya tidak berhenti sampai di sini dan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan teknologi yang lebih canggih.
“Semoga penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan bahan pangan lokal lainnya yang disesuaikan dengan kearifan lokal di Indonesia,” tukasnya.(Yul)