SIDOARJO, beritalima.com | Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur dan DPR RI belum lama ini menggelar talkshow dengan tema “Pentingnya Keluarga Berencana Pasca Persalinan Dalam Mencegah Stunting” di Wonoayu, Sidoarjo.
Empat narasumber hadir dalam kegiatan itu, yakni Anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina, Inspektur Inspektorat Wilayah 1 BKKBN RI Chinggih Widanarto, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur Maria Ernamawati, dan Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo drg Syaf Satriawarman.
Arzeti mengatakan, untuk mencegah stunting, peranan ibu sangat penting, yakni bila mau punyak anak harus direncanakan terlebih dahulu. Jika mau memiliki reproduksi yang sehat dan cerdas harus memperhatikan kategori usia.
Dijelaskan, permasalahan reproduksi bagi cantin (calon pengantin) perempuan dan laki-laki menjadi hal terpenting. Pesannya, memiliki anak yang cerdas dan hebat bukan hanya saat dilahirkan, melainkan saat masih di dalam rahim.
Dia menuturkan, mengenai kesehatan organ reproduksi cantin harus dikontrol ke dokter untuk mengetahui apakah siap dibuahi atau tidak. “Demikian juga setelah menikah dan hamil, harus juga dikontrol ke dokter, di samping bisa memberikan ASI, gizi dan lingkungan yang bersih,” ucapnya.
Sedangkan Maria Ernawati mengatakan, BKKBN diamanahi Undang-Undang untuk memastikan warganya tumbuh dengan seimbang, kuota bumi dan manusianya seimbang yang berimbas ke Sumber Daya Alam.
Selain itu, BKKBN juga bertugas untuk menjadikan keluarga yang berkualitas. Untuk itu BKKBN memiliki program bernama Generasi Berencana (GenRe), program dengan sasaran remaja usia 10 tahun hingga 24 tahun yang belum menikah.
BKKBN menganjurkan pernikahan dilakukan di usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. “Karena, pada usia itu sel telur bagus dan matang diproduksi oleh wanita. Selain itu, pinggul perempuan siap untuk melahirkan pada perkembangan optimal 10 cm, sehingga persalinan bisa dilakukan secara vaginal,” terang Ernawati.
Disampaikan, BKKBN memiliki alat deteksi dini apakah calon pengantin sudah siap hamil atau belum, yakni aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Aplikasi ini untuk mencegah stunting pada anak dengan cara mengedukasi remaja.
Terkait stunting, lanjut dia, perlu menyiapkan generasi muda sedari dini atau sejak dari hulu, sehingga BKKBN mempersiapkan sosialisasi KIE tentang program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).
Ernawati mengatakan, stunting bukanlah penyakit, tapi kondisi gagal tumbuh dan kembang pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni sekitar 270 hari dalam kandungan dan 730 hari setelah dilahirkan atau dua tahun pertama.
Selama masih dalam 1.000 hari kehidupannya masih bisa diperbaiki. Cara memperbaikinya dengan pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan, baru setelah itu Makan Pendamping ASI (MPASI) dengan gizi yang seimbang.
Selain itu, harus imunisasi lengkap. Lingkungan juga harus bersih, dan air yang diminum harus layak, serta jangan sampai rumah kotor, karena berpotensi anak terkena diare.
Syaf Satriawarman menyampaikan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur posisi Sidoarjo untuk stunting 7 terbaik se-Jawa Timur. Di angka 14,8 persen dari nilai rayon. Provinsi Jawa Timur sendiri di angka 23,3 persen, yang berarti Sidoarjo jauh lebih baik.
“Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh teman-teman gizi Dinas Kesehatan, sebenarnya kita menginjak di angka 7,6 persen. Mudah-mudahan angka ini akan menjadi target di tahun ini untuk disampaikan ke Provinsi,” ujarnya.
Dia menegaskan, untuk target penurunan stunting Sidoarjo tahun ini masih di angka 14 persen. Di tahun 2020 Sidoarjo masih di angka 23 persen, kemudian turun menjadi 14,8 persen. “Harapannya tahun ini bisa turun lagi,” ujarnya.
Sedangkan untuk desa prioritas pencegahan dan penanganan stunting serta intervensi gizi spesifik dan sensitif Kabupaten Sidoarjo tahun 2023 ada 29 desa, di antara Desa Wonoayu ini.
Sementara itu Inspektur Inspektorat Wilayah 1 BKKBN RI Chinggih Widanarto dalam kesempatan ini menyatakan bahwa dia bersama istrinya benar-benar telah menerapkan program Keluarga Berencana, yakni cukup 2 anak dengan jarak yang ideal. Menurutnya, hal tersebut telah membuatnya nyaman dan bahagia. (Gan)
Teks Foto: Arzeti Bilbina, Chinggih Widanarto, Maria Ernamawati, dan drg Syaf Satriawarman ketika bincang sore di Wonoayu, Sidoarjo.