PROBOLINGGO,beritalima.com – Usaha konveksi saat ini sudah mulai dilirik oleh sebagian masyarakat. Selain modal yang tidak begitu besar, peluang pasarnyapun juga sangat terbuka lebar asalkan ada kemauan dan kemampuan. Salah satu usaha konveksi kaos sablon yang saat ini tengah laris manis adalah milik Solihin, asal Dusun Krajan Desa Boto Kecamatan Lumbang.
Dalam kegiatan gotong royong bersama masyarakat Desa Negororejo Kecamatan Lumbang, Rabu (18/10/2017) pagi hasil produksi usaha konveksi kaos sablon inipun juga ditampilkan. Tidak butuh waktu lama, produk UKM ini langsung diserbu oleh masyarakat. Selain harganya yang terjangkau, kualitasnya juga sangat bagus.
Bupati Probolinggo Hj. P.Tantriana Sari, SE didampingi sejumlah Kepala SKPD juga terlihat mengagumi usaha konveksi kaos sablon dari Solihin tersebut. Menurutnya, inilah bentuk kreatifitas yang harus ditiru oleh para generasi muda yang ada di Kabupaten Probolinggo.
“Saya ingin agar generasi muda ini merubah mindset tidak mencari kerja tetapi bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Tinggalkan gengsinya, kalau ada kemauan dan kemampuan apa yang dilakukan dan diikhtiarkan pasti bisa,” ungkapnya.
Lebih lanjut Bupati Tantri mengaku bangga kepada masyarakat Kecamatan Lumbang. Hal ini dikarenakan dengan semangat dan keinginan masyarakatnya yang ingin membangun ekonomi daerahnya. Sudah banyak tumbuh UKM dan IKM yang digeluti oleh masyarakat.
“Saya tadi sempat mengobrol dengan pelaku usaha konveksi kaos sablon. Usahanya sangat luar biasa, dalam sehari mampu memproduksi sebanyak 1.000 buah kaos. Penjualannya ternyata tidak hanya di Kabupaten Probolinggo saja, tetapi juga dilirik oleh pusat souvenir cinderamata di Jakarta,” terangnya.
Bupati Tantri menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah akan memberikan fasilitasi penguatan akses permodalan dengan pihak perbankan. Sehingga ke depan usahanya bisa lebih maju dan berkembang lagi. “Pelaku usaha konveksi kaos sablon ini harus berani mengakses permodalan di perbankan. Tentunya ini menjadi sebuah modal agar usahanya bisa lebih berkembang lagi,” tegasnya.
Sementara Solihin, pemilik usaha konveksi kaos sablon mengaku bahwa usahanya itu mulai dijalankan pada akhir tahun 2012 silam. Dimana sebelumnya dia bekerja sebagai ojek. Meskipun demikian, usahanya benar-benar menampakkan hasil sekitar Juli 2013 atau setelah 7 (tujuh) bulan berjalan.
“Awalnya usaha konveksi ini saya jalani karena himpitan ekonomi dan masukan dari teman-teman untuk mengembangkan keahlian yang saya miliki waktu di pondok pesantren berupa sablon kertas ke sablon kain. Setelah berembuk dengan orang tua, akhirnya saya bertekad memulai usaha ini. Namanya juga berangkat dari nol, waktu pertama kali membuat tidak jadi. Karena tentunya ukuran kertas berbeda dengan ukuran kain,” ungkapnya.
Saat memulai usahanya, lelaki kelahiran Probolinggo 7 Oktober 1987 ini hanya memiliki modal awal dengan membeli kain sebanyak 8 kg dan peralatannya seharga Rp 2 juta. Usaha tersebut dikerjakannya berdua dengan orang tuanya. Waktu itu pendapatannya per kaos sebesar Rp 500 untuk ukuran biasa dan Rp 1000 untuk ukuran besar. Satu kaosnya dijual seharga Rp 12.500.
“Untuk ukuran kecil, kain 8 kg ini bisa dibuat sebanyak 40 kaos. Tetapi jika ukuran besar hanya mampu 4 kaos saja. Waktu pemasarannya baru sekitar kawasan wisata Gunung Bromo dan Air Terjun Madakaripura. Namanya juga masih dalam tahap mencari pasar,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, usaha konveksi kaos sablon milik suami dari Siti Musdalifah ini maju pesat. Kini setiap harinya dia mampu memproduksi sebanyak 1000 kaos dengan harga antara Rp 15.000 ukuran biaya dan Rp 40.000 ukuran yang bagus. Diapun sudah tidak bekerja sendiri karena sudah dibantu oleh 13 orang penjahit, 2 orang tukang sablon dan 2 orang bagian setrika.
“Penjualannya kini tidak hanya di dalam Kabupaten Probolinggo saja tetapi juga di daerah Jakarta dan Jawa Tengah. Kebetulan dalam seminggu ada 6 permintaan masing-masing bisa mencapai 500 kaos. Alhamdulillah usaha ini bisa lancar,” akunya.
Meskipun usahanya lancar tetapi Solihin mengaku masih mengalami hambatan terkait dengan ketersediaan bahan baku pembuatan kaosnya. Disamping juga keterbatasan alat sablon. “Saya berharap agar usaha konveksi kaos sablon ini bisa terus maju dan berkembang. Oleh karena itu mohon untuk diberikan kemudahan dalam akses permodalan. Kalau pemasaran sudah tidak ada masalah,” pungkasnya. (Puput/Aj)