Deiyai Berdarah, Tokoh Papua Gelar Aksi Solidaris Di Depan Istana

  • Whatsapp

JAKARTA, Berita lima.com – Aksi Solidaritas Mahasiswa Papua, Masyarakat Papua dan pemerhati kemanusiaan, melakukan pembakaran lilin di depan istana negara, menyatakan duka terkait kasus “Deiyai Berdarah, baru-baru ini.

Menurut Koordinator Malam Lilin di Bundaran HI, Marthen Goo mengungkapkan kasus ini memberikan duka yang mendalam bagi warga di Papua khususnya Kabupaten Deiyai, ” Karena sebelumnya, warga Deiyai sedang mengalami duka atas meninggalnya lebih dari 90 orang karena masalah kesehatan. Kejadian Luar Liasa (KLB) itu menarik perhatian kita semua dan turut merasakan duka,” terang Marthen melalui rilisnya via Whatsapps, Jumat (11/08)

Atas duka yang dialami rakyat Deiyai, Marthen menyayangkan sikap aparat Indonesia yang menambah duka berlapis kepada rakyat di Deiyai dengan menembak 17 warga, 1 meninggal dunia. Dari 17 orang yang ditembak, 5 orang adalah anak di bawah umur.

” Tindakan yang sangat begitu kejam, karena Polisi hadir bukan sebagai penegak hukum tapi hadir untuk menembak warga dengan seenak nya,” ujar Marthen

Lebih lanjut dia menambahkan, Saat rakyat Papua sedang berduka, aparat Negara kembali menembak dua warga Papua di Pomako, Timika, Papua, pada hari rabu, 9 agustus 2017 yang bertepatan dengan aksi pembakaran lilin di depan istana Negara.

” Korban tersebut adalah Theo Kamtar (22/Th) kena bagian perut dan Mati di tempat, Rudi Kokoputs (24/th) kena tangan kanan dan patah, hingga kini kondisinya masih kritis di RSUD Mimika. Duka berlapis,” beber Marthen

” Nyawa orang Papua ditentukan oleh timah panas milik Negara. Sementara, para pelaku tidak ditindas dengan tegas,” tambah Marthen

Marthen juga mengungkit Kasus Paniai berdarah 2014 lalu, Komnas HAM gelar perkara dan menetapkan kasus pelanggaran HAM berat, kemudian pihak keluarga korban meminta Kepolisian dan Negara mengumumkan nama-nama pelaku sebelum proses hukum.

” Keluarga korban tidak mengijinkan untuk dilanjutkan karena takut pengadilam HAM hanya sandiwara untuk bebaskan para pelaku seperti Abepura Berdarah, dimana kasus itu adalah kasus Ham berat tapi pelakunya bebas. Dan tentu putusan pengadilan turut melukai hati orang Papua, dan itu bagian dari pelecehan terhadap martabat manusia Papua,” tutur Marthen

Atas kasus tragedi Deiyai Berdarah dan Pomako berdarah, Marthen menyampaikan turut berbelasungkawa.
” Kami tahu tak ada keadilan di Negara ini buat orang Papua, tapi kami akan selalu berjuang untuk kebenaran dan keadilan bagi orang Papua di tanah Papua,” tutup Marthen (dzul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *