Dengar Keluh Kesah Petani Terkait Defisit Air Hingga Limbah, Ini Kata Ketua Pertani HKTI Jatim

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Seperti diketahui, pada Minggu, 10/10/2021 lalu, organisasi Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (Pertani HKTI) Jatim yang diketuai Dr. Lia Istifhama terlihat turun di beberapa petani Kabupaten Probolinggo. Diantaranya adalah kunjungan ke desa Gunung Bekel Kecamatan Tegal Siwalan, salah satu wilayah defisit air di Jawa Timur. Kemudian, rombongan melanjutkan acara dengan meninjau petani tanaman padi, tembakau dan cabe yang diduga rusak akibat terpapar limbah tambak udang yang berlokasi di dusun Mandaran desa Pondok Kelor Kecamatan Paiton dan Dusun Karang Anom Desa Karanganyar Kecamatan Paiton.

Saat itu, rombongan Perempuan Tani HKTI didampingi tim pupuk organik Biotani, Tjandra dari LBH Cinta Keadilan Semesta (CKS) wilayah Jatim-7, dan Sulis Riyanto dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Korma Nusantara.

Dihubungi via seluler (18/10), ning Lia menjelaskan bahwa kunjungan tersebut murni bentuk empati pada petani.

“Kami merupakan organisasi perempuan. Dan kita semua tahu, bahwa perempuan jiwa empatinya sangat tinggi. Ini sebabnya kami kemudian turun di berbagai kabupaten kota dengan tujuan penguatan peran perempuan di tengah masyarakat. Termasuk saat kami turun dan melihat langsung wilayah defisit air. Padahal ketersediaan air dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari warga dan pertanian disana, terutama tanaman tebu merah yang mereka kelola.”

Aktivis asal Surabaya tersebut, juga menjelaskan terkait kunjungannya pada areal persawahan yang diduga tercemar limbah pabrik udang. Pasalnya, kunjungan tersebut memantik perhatian banyak pihak.

“Saya kaget saat tahu bahwa kunjungan tersebut menarik perhatian banyak pihak. Namun dari sini, saya bersyukur dan berharap bisa menjadi referensi banyak pihak agar sama-sama memikirkan nasib petani. Sama peduli dan terbuka mata hati,” tegasnya.

“Petani yang kami kunjungi, yaitu di Pondok Kelor dan Karang Anyar, selalu gagal panen bertahun-tahun akibat buangan air limbah dari pabrik yang berdampingan dengan areal persawahan.”

Lebih lanjut, ning Lia tidak menyalahkan salah satu pihak tertentu, namun ingin ada solusi yang terbaik bagi semua pihak, terutama petani.

“Kita semua kan tentunya cinta pertanian dan paham betapa sulitnya perjuangan petani. Kalau sudah proses tanam penuh perjuangan, tapi kemudian panennya gagal, maka akan sangat kasihan mereka. Hal ini yang seharusnya jadi perhatian kita semua. Saya kira pasti ada solusi jika benar-benar mau melihat fakta dan realita,” pungkasnya.

Perlu diketahui, bidang sawah yang rusak dengan dugaan terkena dampak saluran pembuangan diduga limbah tersebut, berdampingan dengan lahan sekaligus pabrik pengolahan tambak udang seluas sekitar 32 hektar yang limbahnya menyebabkan dugaan gangguan lahan pertanian.

Gangguan pada lahan pertanian, menurut pada petani diakibatkan oleh beberapa faktor. Diduga karena adanya rembesan air dari dalam tambak yang mengakibatkan lahan pertanian tercemar dengan air yang berkadar garam tinggi. Hingga menyempitnya aliran sungai akibat adanya pembangunan dari tambak.

“Sungai pembuangan air ke laut semakin sempit. Dari yang awalnya sekitar 15 meter, kini menjadi 2 meter. Nah saat air pasang, lahan air yang dari laut itu naik ke lahan sawah petani. Menyebabkan gagal panen. Sungai itu berada di tengah-tengah tambak,“ kata Abai, salah satu warga yang hadir mendampingi ning Lia saat itu. (red)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait