Jayapura – Keluarga pasien RSUD DOK II Jayapura yang meninggal dunia lantaran diduga terlambat penanganan hingga berunjuk ricuh di depan ruang bangsal Penyakit Dalam Pria beberapa waktu lalu, kini angkat bicara prihal pihak rumah sakit yang akan melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak Kepolisian lantaran diduga melakukan pencemaran nama baik profesi dokter.
Sebelumnya pada Kamis 16/4/2022 lalu, pasien atas nama Richo Elupere, pasien rujukan dari RSUD Jayawijaya meninggal dunia di RSUD DOK II Jayapura setelah dilakukan tindakan medis akibat penyakit dalam yang dideritanya.
Atas kejadian ini, keluarga tidak terima hingga terjadi kericuhan didepan ruang bedah pria dengan dokter yang menangani pasien. Beruntung ada aparat kepolisian yang telah bersiaga di lokasi tersebut.
Peristiwa inipun lantas viral, akibat dalam Vidio kericuhan yang beredar, terdapat bahasa tudingan kepada dokter bedah bahwa dirinya sengaja membunuh pasien. Pihak Rumah Sakit melalui Direktur RSUD DOK II Jayapura dr. Anton Mote, lantas membawa kasus tersebut ke ranah hukum, dengan membuat laporan Polisi di Polda Papua atas tindakan persekusi dan pelecehan nama baik profesi.
Atas langkah rumah sakit tersebut, pihak keluarga yang disampaikan Roni Elupere memaparkan kronologi kejadian hingga adanya kericuhan.
Roni mengungkapkan jika saudaranya tersebut divonis mengidap kangker ganas, hingga harus dirujuk dari Wamena ke Jayapura lantaran peralatan yang tidak memadai. Namun menurutnya, sekitar seminggu pasien berada di rumah sakit, dokter yang menangani yakni dokter James urung melihat kondisi saudaranya tersebut.
“Sehingga anak saya ini amkin lama dadanya membengkak, sesak nafas dan sempat darah keluar dari hidung. Namun almarhum masih bertahan dan kuat untuk berdiri duduk dan kencing, serta masih bisa berbicara. Sehingga kami tunggu-tunggu, keluarga yang jaga juga telah menyampaikan kepada suster yang berjaga, namun disampaikan bahwa ini adalah ranah dokter,”paparnya melalui rekaman pernyataan sikap yang diterima media ini, Selasa (19/4/2022)
Lalu,akibat kondisi semakin memburuk, keluarga meminta nomor dokter James dari perawat yang berjaga, karena dari perawat telah mencoba menghubungi dokter namun tidak ada jawaban.
“Keluarga meminta nomor hp dokter, dan setelah tersambung, Keluarga meminta perawatan intensif kepada dokter. Namun dokter malah marah, karena yang menghubungi adalah Keluarga pasien. Dan akhirnya beberapa saat, dokter datang ke Rumah Sakit. Dokter lantas meminta pihak keluarga yakni mama almarhum menandatangi pernyataan sikap atas tindakan operasi yang akan dilakukan oleh dokter,”papar Roni lagi.
Lanjutnya, setelah meminta tandatangan kepada mama almarhum, pasien dibawa keruang bedah, dan tidak berselang lama suster keluar dari ruang operasi, dan dari keterangan keluarga nampak mengamati kondisi keluar.
“Habis itu, sister masuk lagi, dan keluar lalu menyampaikan kepada keluarga kalau Richo sudah meninggal. Atas ini mama alamarhum langsung marah, lalu mereka menghubungi saya sehingga saya datang,”ucapnya.
Almarhum sudah dibawa ke ruang jenazah, dan saat hendak dimandikan yang kebetulan keluarga turut membawa jenazah keruang operasi, dan melihat bahwa ada dua lubang bekas operasi.
“Setelah dilihat ternyata ada dua lubang, yang dari Wamena itu lubangnya kecil, namun yang di operasi dr. James ini lebih besar, dan saya sendiri lihat, didalam itu tulang rawannya ada putus, ada dua kalau tidak salah saya lihat. Lalu keluarga kaget juga dengan luka bekas operasi yang lebar, dan menganggap ini tidak benar,”katanya.
Lalu,kami menunggu dokter untuk memberi penjelasan kepada pihak keluarga, dan itu setelah meninggalnya almarhum kamu menunggu dokter menemui kami, namun cukup lama baru dokter datang, dengan alasan sementara menangani pasien lain.
“Kami minta penjelasan kepad dokter James, kami pertanyakan beberapa hal, termasuk soal ketersediaan darah untuk operasi pasein, lalu trombosit yang lemah, namun dokter mengatakan bahwa bisa mengoperasi tanpa donor darah, dan soal trombosit dikatakan bisa. Penjelasan dokter ini membuat kami marah, kok bisa operasi tanpa kesiapan darah, dan dokter juga menyatakan kalau tidak melakukan operasi padahal ada bukti lubangnya,”ucap Roni.
Dengan tidak mengakuinya dokter James, lalu terjadi bersitegang, beruntung aparat kepolisian sudah bersiaga di TKP.
“Ini andai saja anak anda diperlakukan seperti itu, perasaan anda seperti apa. Saya katakan kepada dokter, saudara dokter salah bicara, karena ada bukti lubang dua ditubuh almarhum.
Yang katakan dokter Pembunuh itu dari Kemi Keluarga tidak ada, yang ada dan sempat keluar dari mulut saya itu adalah dokter ini benar kah tidak Karen ada tiga hal yang ganjil, yakni pertama soal darah standby selama operasi, Trombosit yang rendah dan terkahir soal tulang rawan yang patah.
“Ko ini dokter spesialis kah bukan, sekolah kah tidak, itu yang keluar dari mulut saya. Nah kalau saudara-saudara yang menyampaikan dokter Pembunuh itu saya fikir ada orang yang memanfaatkan kondisi saat itu, tapi itu juga kami tidak kenal. Dan ciri-cirinya itu kayak saudara kita dari selatan, ada di Vidio,”jelasnya.
Kita juga tidak lakukan anarkis, hanya karena dokter menyangkal bahwa dokter tidak melakukan operasi, sementara kita melihat bukti ada lubang baru ditubuh almarhum.
“Ada saksi, ini yang membuat kami marah. Dokter ini salah paham, dan kenapa dokter tidak mengakui diri kalau operasi, bisa kasih penjelasan ke kami kalah mungkin Tuhan ambil dia dan saya minta maaf, nah dengan begitu mungkin kami terima dan tidak ada gerakan tambahan. Dan kami ada bukti foto-foto,”ucapnya.
Pihaknya juga siap jika persoalan tersebut dibawa keranah hukum. Pihaknya juga telah mempersiapkan penasehat hukum untuk kasus tersebut.
“Kalau dibawa keranah hukum kami siap, kami juga akan laporkan kasus ini ke Polisi. Kami juga akan dibackup pengacara dan bahkan LBH. Kami siap,”tegasnya.
Dirinya juga meminta Gubernur Papua Lukas Enembe melihat persoalan yang terjadi. Karena persoalan ini menyangkut nyawa manusia.
“Bapak Gubernur harus melihat ini, ini bisa saja bukan kasus yang pertama. Kebersihan dan pelayanan dokter yang tidak maksimal. Maka kami minta rumah sakit rolling. Kami minta Gubernur segera ganti direktur Rumah Sakit. Dan dari pada nanti terjadi kepada orang lain, maka kami minta tolong dokter tersebut harus diberhentikan,”ucapnya.
“Kami siap proses hukum atas persoalan ini. Karena kami punya bukti. Kalau salah faham, ya sampaikan saja apa yang terjadi. Ada lubang besar, lalu tandatangan keluarga, lalu masuk diruang Operasi, maka kami orang awam ini taunya itu operasi, lalu karena tidak diakui maka terjadilah itu saling dorong. Beliau bantah dan ini yang akan kami proses hukum,dan nanti saksinya mamanya langsung dan adik-adik saya yang ada jaga almarhum,”pungkasnya.
Sementara untuk diketahui, almarhum Richo Elupere telah diterbangkan ke Wamena Kabupaten Jayawijaya pada Minggu 17/4/2022 menggunakan pesawat terbang. Dan informasi almarhum telah dimakamkan di kampung halamannya.
Captioan foto : Saat Keluarga pasien didepan ruang bedah RSUD DOK II Jayapura