SURABAYA, Beritalima.com-
Pendidikan tinggi menjadi pilar utama membangun daya saing ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Hal itu disampaikan melalui seminar yang menghadirkan keynote address dari Duta Besar Uni Eropa untuk indonesia H.E Denis Chaibi.
Seminar itu sekaligus menjadi bagian dari peresmian EU Centre (EUC) yang kini berlokasi di ASEEC Tower Kampus Dharmawangsa-B Unair pada Kamis (21/11/2024).
Denis menyoroti pentingnya pendidikan tinggi sebagai kunci daya saing ekonomi dan sumber daya manusia di era global. Menurutnya, Indonesia dan Uni Eropa memiliki tujuan yang sama untuk mendorong inovasi dan membangun masyarakat agar lebih kompetitif melalui pendidikan tinggi.
Potensi Pendidikan Tinggi di Indonesia
Masih dengan euforia peresmian lokasi baru EU Centre, Denis Chaibi membuka paparannya dengan menyoroti potensi pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan populasi mencapai 290 juta jiwa, Indonesia memiliki lebih dari 4000 perguruan tinggi, 10,5 juta mahasiswa dan 300 ribu dosen.
“Dengan jumlah penduduk sebesar ini, pasar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki potensi luar biasa, terutama jika akses pendidikan dapat diperluas,” ujarnya.
Ia membandingkan situasi ini dengan Uni Eropa yang telah menetapkan target ambisius pada tahun 2030, yaitu 45 persen dari penduduk usia 25-34 tahun wajib memiliki pendidikan tinggi.
“Jika Indonesia ingin menciptakan sumber daya manusia yang kompetitif, maka pendidikan tingginya harus berkembang pesat,” tegasnya.
Keunggulan Model Pendidikan Tinggi Uni Eropa
Uni Eropa telah lama menjadi pelopor dalam inovasi pendidikan. Pada tahun 2022, lebih dari 1,7 juta mahasiswa internasional mengikuti program pertukaran pelajar seperti Erasmus+, yang mendukung mobilitas akademik lintas negara.
Program ini memberikan pengalaman belajar yang tidak hanya meningkatkan kompetensi akademik tetapi juga mempererat kerja sama budaya dan sosial antarbangsa.
“Di Eropa, peneliti, mahasiswa, dan pemerintah membangun ekosistem yang kolaboratif untuk memecahkan tantangan ilmiah dan sosial. Percakapan lintas sektor ini menciptakan pendidikan tinggi yang terus relevan dan inovatif,” jelas Denis.
Ia juga menyoroti cara Uni Eropa memanfaatkan pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Pendidikan tinggi bukan hanya soal gelar, tetapi juga tentang menciptakan solusi yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Kolaborasi Uni Eropa dengan Indonesia
Sebagai bagian dari peresmian EU Centre, Denis berharap kolaborasi Uni Eropa dan Universitas Airlangga dapat membuka peluang baru bagi mahasiswa dan dosen untuk terlibat dalam penelitian, mobilitas internasional, dan program pertukaran budaya.
“Kolaborasi seperti ini penting untuk mendukung Indonesia dalam mengembangkan ekosistem pendidikan yang lebih tangguh. Dengan membangun jaringan internasional, perguruan tinggi Indonesia dapat belajar dari praktik terbaik Uni Eropa sekaligus berbagi potensi lokalnya di panggung global,” ungkap Denis.
Tidak hanya keynote address, peresmian ini berlanjut dengan aktivitas diskusi panel dengan alumni Erasmus, sosialisasi program beasiswa Erasmus+ hingga pemutaran film pendek Uni Eropa.(Yul)