Kepala Bidang Distribusi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Satriyo Wibowo, menyampaikan itu di kantornya, Rabu (15/6/2016) siang.
Dia juga menuturkan, secara komulatif nilai ekspor Jatim dari Januari sampai Mei tahun 2016 mencapai 8.380,44 juta dolar AS, atau naik 6,50 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 7.869,07 juta dolar AS.
Ekspor terbesar berasal dari nonmigas seperti perhiasan/permata dengan nilai 526,48 juta dolar AS, naik 15,88 persen dibanding sebelumnya 454,33 juta dolar AS, dengan negara tujuan Swiss, Afrika Selatan, dan Jepang.
Setelah perhiasan, ekspor Jatim terbesar adalah kayu, dan barang dari kayu seperti mebel atau perabot rumah tangga sebesar 93,18 juta dolar AS, kemudian ikan dan udang 90,31 juta dolar AS, lemak dan minyak hewan/nabati 83,68 juta dolar AS, serta kertas/karton 74,96 juta dolar AS.
Di samping ekspor naik, nilai impor Jawa Timur pada Mei 2016 sebesar 1.504,54 juta dolar AS juga naik 6,56 persen dibanding impor April 2016 yang mencapai 1.411,92 juta dolar AS.
Tapi secara komulatif, nilai impor Jatim dari Januari sampai Mei 2016 yang mencapai 7.298,46 juta dolar Amerika turun 15,47 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 yang mencapai 8.633,77 juta dolar Amerika.
Menurut Satriyo, peningkatan impor Jatim didominasi sektor non migas, yakni mesin-mesin atau peralatan mekanik sebesar 151,44 juta dolar AS, diikuti plastik dan barang dari plastik 92,37 juta dolar AS, besi dan baja 82,45 juta dolar AS, serta pupuk sebesar 78,49 juta dollar AS.
Negara asal impor barang di Jatim, Tiongkok merupakan negara pemasok terbesar dengan nilai 346,08 juta dolar AS, diikuti Amerika Serikat 132,07 juta dolar AS, dan Thailand 66,66 juta dolar AS.
Sementara untuk negara ASEAN, asal barang impor non migas terbesar adalah Thailand dengan nilai impor 66,66 juta dolar AS, diikuti Singapura dengan 41,91 juta dolar AS, dan Malaysia dengan nilai impor 39,31 juta dollar AS.
Sedangkan untuk negara Eropa asal barang impor, terbesar Jerman dengan nilai 34,89 juta dolar AS, diikuti Inggris 10,90 juta dolar AS, dan Belanda 8,82 juta dolar AS. (Ganefo)