Hadiri Haul Gus Dur Ke-13, Wagub Emil: Kita Membutuhkan Para Penerus Gus Dur Selanjutnya

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com | Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur, memang sudah meninggal dunia lebih dari satu dekade lalu. Namun, warisan keilmuannya tetap abadi hingga kini.

Untuk itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, Indonesia membutuhkan para penerus Gus Dur di generasi selanjutnya. Pasalnya, pemikiran tokoh Muslim yang juga mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama itu telah banyak memecahkan berbagai persoalan serius di masyarakat.

“Tentu saja kita sangat memerlukan penerus-penerus Gus Dur untuk generasi selanjutnya, karena kita memang butuh buah pemikiran seperti beliau,” ujar wagub yang akrab disapa Emil itu saat menghadiri Haul Gus Dur ke-13 di Jl. Warung Silah no. 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12).

Emil menerangkan, di Amerika saat ini sedang ada dialektika mengenai definisi political correctness. Di mana, sesuatu yang secara positif terkesan baik atau terkesan betul, akhirnya malah membuat manusia menjadi permisif terhadap hal-hal yang merusak sendi-sendi nilai di tengah masyarakat.

“Jadi misalnya saya tidak mau menyentuh isu tertentu karena itu sensitif. Padahal pendiaman terhadap isu yang bisa mengganggu, seperti toleransi beragama, nantinya akan menjadi benih-benih yang tumbuh subur yang kemudian melaju menciptakan friksi yang lebih besar lagi,” jelasnya.

Itulah mengapa, tema Haul yang mengangkat tentang “Pembaharuan NU” dianggapnya penting. Sebab, pembaharuan dapat menciptakan SDM yang jauh lebih berkualitas dengan warisan keilmuan yang ditinggalkan Gus Dur.

“Setiap dari kita terus berusaha melakukan perubahan berkelanjutan yang baik. Dalam konteks pemerintah, maupun saya sebagai warga NU yang punya pengalaman bersama-sama dengan NU di komunitas muda maupun sebagai pembina Anshor, optimis bahwa dengan semangat yang diusung ini bisa membuat NU kiprahnya semakin luas untuk menjawab segala tantangan bangsa-bangsa,” ungkapnya.

Lebih jauh, mantan Bupati Trenggalek itu mengakui bahwa Indonesia memang membutuhkan ulama dan tokoh agama untuk terus memastikan adanya generasi mulia dengan nilai moral yang tinggi.

“Kita memang perlu guidance dari para ulama. Karena dengan perkembangan digital, fenomena global, nilai-nilai transnasional yang juga menguji keutuhan sebagai bangsa, maka kita harus kembali kepada bimbingan para ulama. Yang kita juga tahu mereka mengantarkan bangsa ini kepada kemerdekaannya dulu,” pungkas Emil.

Sementara itu, anak sulung Gus Dur Alissa Qotrunnada Munawaroh mengatakan bahwa nama, pemikiran, dan perjuangan Gus Dur masih menjadi inspirasi keteladanan bahkan selepas wafatnya 13 tahun lalu.

“Beliau adalah sosok yang multidimensi. Beliau humoris, beliau pemikir, beliau membela hak-hak minoritas, beliau pejuang demokrasi negara, beliau bahkan komentator sepakbola,” lanjutnya.

Psikolog yang akrab disapa Ning Lisa itu turut bercerita, ayahnya dulu pernah mengingatkan keluarganya waktu yang dihabiskan dengan mereka akan sangat terbatas. Sebab, bagi Gus Dur, prioritasnya adalah Islam, Indonesia, NU, barulah keluarga.

“Beliau bilang bahwa kami harus menerima itu. Maka, kami berharap malam hari ini kita bisa belajar, mengingat kembali, dan menggali garis perjuangan beliau,” ujar Ning Lisa.

Selain Emil, turut hadir dalam acara tersebut Menteri PANRB Azwar Anas, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Anggota DPR RI Nasyirul Falah Amru, Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf, Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin KH. Mustafa Bisri, serta Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf.

(red)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait