SURABAYA, beritalima.com | Hari ini, Sabtu, 1 Februari 2020 ternyata merupakan hari yang istimewa. Diawali pada 2013, tanggal 1 Februari diperingati sebagai WHD (World Hijab Day) atau Hari Hijab Sedunia. Diinisiasi Nazma Khan, WHD bukan sekadar tren tetapi merupakan gerakan kesadaran akan hak perempuan muslim untuk mengenakan hijab.
Nah, bagaimana momentum hari hijab sedunia ini kata aktivis perempuan Nadhliyin Millenial ? Adalah Lia Istifhama, Salah satu nama yang masih berkibar sebagai kandidat Pilwali Surabaya. Ibu dua anak yang juga ketua III STAI Taruna Surabaya ini, menjelaskan pendapatnya.
“Alhamdulillah, hijab atau jilbab saat ini bukan hanya sebagai bentuk cara kita, muslimah, menjaga kehormatan sebagai wanita. Melainkan juga tetap bisa tampil stylish, modis, dan fashionable. Bahkan harus diakui, banyak yang mengenakan jilbab, kemudian terlihat lebih rapi dan good looking”, ujarnya. Perempuan yang hendak memasuki usia 36 tahun di Februari ini, juga menjelaskan kaitan hijab dengan bullying.
“Kalau di negara minoritas muslim, kita masih melihat isu bullying yang diterima oleh kawan muslimah kita. Atas hal itu, tentu kita berharap ke depan tidak ada bullying seperti itu. Nah, pun dengan kita yang hidup di negara mayoritas muslim, atau majority of moslem. Yah kita harus menghargai juga, jika ada kawan muslimah yang belum mengenakan jilbab. Tidak bisa kita menjustifikasi mereka sebagai orang inferior, alias iman atau aqidah rendah. Karena aqidah maupun kualitas iman, hanya Allah SWT yang maha mengetahui. Segala bentuk keimanan itu sifatnya Wallahu a’lam bisawwab”, jelasnya.
Ning Lia, sebutan akrabnya, juga menjelaskan tentang karakter hijab saat ini.
“Hijab, jilbab, bagaimanapun cara personal orang mengenakannya, itu tidak untuk kita nilai secara kasat mata. Yang penting kan, kita menghargai seseorang yang telah berniat mengenakan jilbab, konten jilbab yang kita maknai positif, yaitu menjalankan perintah agama dan menjaga kehormatan. Islam itu, likulli zaman wal makan. Jadi Islam adalah agama yang adaptif, memberikan keringanan atau Rukhshah kepada manusia untuk menjalankan perintah agama sesuai tempat dan waktu yang dihadapi manusia. Seperti halnya jilbab di Indonesia, yah jangan disalahkan jika memiliki karakter sendiri yang mungkin ada bedanya dengan karakter negara lain. Semuanya disikapi positif saja. Islam agama yang universal dan segala kemajemukan cara beribadah disikapi sebagai bentuk rahmatan lil ‘alamin saja. Urusan ‘ubidiyah hak prerogatif Allah SWT “, pungkas pengurus Gannas Annar MUI Jatim ini. (rr)