JAKARTA, Beritalima.com– Chief Executive Officer (CEO) Tesla Elon Musk telah meminta pemasok Nikel untuk menambang lebih banyak logam bumi untuk produksi baterai kendaraan listrik. CEO itu siap memberi kontrak ‘raksasa’ jika memenuhi standard yang diminta.
Tesla menjanjikan kontrak besar untuk jangka lama kepada siapa saja jika dapat menambang nikel secara efisien dan dengan cara yang sensitif terhadap lingkungan. “Jadi semoga, pesan ini sampai ke semua perusahaan pertambangan,” kata Elon dalam twitnya.
Seiring pernyataan itu, diperkirakan permintaan Nikel buat industri mobil listrik akan meningkat. Dan, Indonesia sebagai negara dengan cadangan Nikel terbesar di dunia harus memanfaatkan kesempatan ini agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Meski demikian, dalam pelaksanaan penambangan nikel perlu langkah-langkah bijak agar kelestarian lingkungan tetap terjaga. Jangan sampai penambangan yang dilakukan saat ini menyisakan masalah lingkungan di kemudian hari.
Begitu pandapat Anggota Komisi VII DPR RI, Dr H Mulyanto terkait optimalisasi penambangan Nikel buat pemenuhan kebutuhan pasar dunia. “Pemerintahan Jokowi harus kelola penambangan beserta pengolahan Nikel agar semakin efisien dan ramah lingkungan.” kata politisi senior ini.
Selain aspek pengelolaan lingkungan tambang, kata Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI bidang Industri dan Pembangunan ini, pembuangan limbah Nikel ke laut harus menjadi perhatian pemerintah.
“Ini penting, bukan hanya dalam rangka menangkap peluang pasar perdagangan Nikel, namun juga bagi sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat atas pengelolaan SDA ini,” tegas Mulyanto, di Jakarta, kemarin.
Ditambahkan, sumber daya Nikel yang besar terkandung di dalam bumi Indonesia, ini harus dikelola secara efisien agar dapat memberi nilai tambah lebih tinggi sehingga dapat mendatangkan multiflyer effect terhadap pembangunan nasional yang semakin besar pula.
Meski begitu Wakil Rakyat dari Dapil III Provinsi Banten ini meminta Pemerintah membuat perencanaan dan aturan yang ketat terkait pengelolaan Nikel ini. Jangan sampai Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki ini habis dieksploitasi tetapi tidak memberi manfaat bagi kemakmuran rakyat banyak.
Pemerintah harus menjamin booming Nikel tersebut mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat, bukan mensejahterakan segelintir pengusaha smelter. Apalagi jika malah mendatangkan kerusakan lingkungan.
“Kita harus eman-eman kekayaan alam kita untuk memakmurkan masyarakat, bukan menyisakan lingkungan rusak, laut tercemar yang pada gilirannya hanya menyengsarakan rakyat,” ujar dia.
Menurut data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat pada 2019 Indonesia negara produsen dan penyumbang kebutuhan Nikel terbesar dunia.
Dari total produksi Nikel dunia 2,668 juta ton Ni, Indonesia ternyata menyumbang sekitar 800 ribu ton sepanjang tahun 2019. Jumlah itu secara otomatis menobatkan Indonesia sebagai negara produsen bijih Nikel terbesar di dunia. Disusul Philipina 420.000 ton, Rusia 270.000 ton dan Caledonia 220.000 ton.
Sumber daya dan cadangan Nikel Indonesi masih tinggi. Tercatat hingga Juli 2020, total neraca sumber daya bijih Nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton, sedangkan total sumber daya logam nikel 174 juta ton. Sumber daya ini tersebar di tiga provinsi yaitu di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. (akhir)