SIDOARJO, beritalima.com | Sejak 4 tahun lalu Hj. Uminda yang tinggal di Kletek Kecamatan Taman Sidoarjo menggeluti usahanya sebagai pengolah bulu ayam yang berasal dari limbah yang diambil di pasar-pasar kemudian diolah menjadi sumber protein bagi makanan ternak untuk ayam dan sejenisnya. Pekerjaan itu dibantu oleh 12 orang karyawannya, mulai dari mengambil bulu ayam di pasar, menjemur dan kemudian menggiling di mesin penggiling miliknya di Desa Kletek, Taman Sepanjang Sidoarjo.
“Alhamdulillah dengan usaha ini kami dapat menghidupi kedua anak saya dan mempekerjakan 12 tenaga untuk pengolahan tersebut,” ujar Hj. Uminda (24/03/2020).
Hasil olahan yang sudah siap edar, Hj. Uminda mendistribusikan kepada para peternak ayam, seperti di Jombang, Blitar dan kota-kota lainnya di Jawa Timur, di samping itu juga dapat mensuplay ke Pokpan di Krian, Sidoarjo.
Perlu diketahui, Bulu ayam memiliki kandungan protein kasar 83,74% lebih besar dibandingkan dengan bungkil kedelai (42,5%), maupun tepung ikan (66,2%) yang sering digunakan sebagai komponen utama sumber protein dalam ransum dan Ini bisa menjadi solusi karena ketersediaan hijauan yang semakin menipis akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan industri.
Akan tetapi, kandungan protein yang tinggi tersebut belum disertai dengan nilai biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu ayam masing-masing adalah 5,8% dan 0,7%.
Rendahnya nilai kecernaan disebabkan oleh protein bulu ayam yang berbentuk keratin. Keratin merupakan protein yang kaya asam amino bersulfur yaitu sistin. Ikatan disulfida yang dibentuk di antara asam amino sistin menyebabkan protein sulit dicerna.
Untuk mengatasi hal itu maka ikatan sulfur yang melekat pada protein sistin harus dipisah. Hal ini dilakukan agar enzim tripsin dan pepsin dalam saluran cerna ruminansia mampu mencerna protein dari bulu ayam.
” Bulu ayam yang diolah menjadi konsentrat untuk makanan hewan yang mempunyai gisi yang tinggi pada setiap harinya menghasilkan 7 ton, bulu-bulu Ayam tersebut diambil dari pasar sepanjang yang kemudian dibawa Pulang lalu dijemur, setelah kering dimasukkan koker atau penggilingan, dari bahan mentah menjadi tepung kasar, kemudian digiling lagi sehingga menjadi tepung halus yang sudah siap di setorkan ke peternak untuk makanan ternak ayam.” Tambah Hj. Uminda.
Usaha kecil dengan mengolah limbah sehingga dapat difungsikan menjadi tambahan protein untuk hewan kiranya perlu dipertahankan dan dikembangkan, agar dapat membantu para peternak hewan.
Hj. Uminda berharap agar Pemerintah dapat membantu proses perijinan serta pembinaan agar usahanya dapat berjalan sesuai prosedur yang ada. (rr)