Imbas Temuan Antraks, Ponorogo Perketat Masuknya Sapi Dari Luar Daerah

  • Whatsapp

PONOROGO, beritalima.com– Imbas temuan sapi yang diduga terjangkit Antraks di Tulungagung, Jawa Timur dan positif Antraks di Kulonprogo, Yogjakarta, Boyolali Jawa Tengah, Pacitan Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mulai selektif dalam menerima sapi dari luar daerah.

Bahkan mantri hewan disiagakan di sejumlah checkpoint. Upaya juga dilakukan dengan penyemprotan desinfektan untuk mengantisipasi masuknya antraks ke Ponorogo.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, Harmanto, mengatakan, temuan dan indikasi antraks di ketiga lokasi menjadi perhatian tersendiri. Sebab Ponorogo terhitung cukup dekat dengan ketiga daerah tersebut. Dari Boyolali dan Pacitan , hewan ternak seperti sapi dan kambing berpotensi masuk dari Wonogiri melalu transaksi di pasar hewan Purwantoro, Wonogiri. Sedangkan dari Tulungagung bisa masuk dari Sawoo setelah melintasi Trenggalek.
“Kita harus waspada dengan antraks terutama dari daerah sekitar. Kita tingkatkan satgas kita dalam antisipasi. Terutama agar pengiriman bahan makanan alias daging dari hewan ternak maupun hewan yang masih hidup betul-betul dicermati dan diwaspadai,” kata Harmanto, kepada wartawan, Selasa (24/1), kemarin.
Menurutnya lagi, pihaknya akan tegas menolak masuknya hewan ternak dari Jawa Tengah seperti amanat Pergub Nomor 1 tahun 2010. Aturan ini melarang masuknya hwan ternak dari Jawa Tengah.
Checkpoint perbatasan Biting (Ponorogo-Wonogiri) kita aktifkan lagi. Lalu mantri hewan di Sawoo ditugasi mengawasi masuknya (hewan) ke Ponorogo. Tapi yang namanya pedagang, ya kadang tetap cari jalan tikus untuk memasukkan sapi ke Ponorogo,” tambahnya.
Mantri hewan juga diminta untuk lebih giat melakukan sosialisasi tentang antraks, penularan dan gejalanya. Tidak hanya kepada para peternak, tapi juga kepada kalangan pelajar. Hal ini agar kesadaran tentang kesehatan hewan dan pengenalan gejala antraks semakin memasyarakat.
Kasi Kesehatan Hewan Bidang Peternakan, Perikanan dan Kelautan Dinas Pertanian Ponorogo, Siti Barokah menambahkan, antisipasi sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Tidak hanya karena kejadian Kulonprogo, atau Pacitan beberapa bulan lalu.
“Kita perketat lalu lintas hewan ternak. Terutama yang mau masuk Jawa Timur. Kita benar-benar melarangnya. Jawa Tengah endemis antraks,” terang Barokah.
Langkah antisipasi lain adalah melakukan desinfektasi atau pemberian desinfektan untuk pembersihan mobil-mobil pengangkut ternak yang mengangkut hewan ternak dari Pasar Hewan Purwantoro, Wonogiri. Ini karena antraks dalam bentuk spora masih sangat mungkin menempel di kendaraan pengangkut ternak sehingga harus dibersihkan dengan cairan pembersih tersebut.
“Tapi karena anggarannya terbatas maka yang kita akan manfaatkan lebih dulu adalah desinfektan yang sebenarnya untuk pencegahan flu burung. Itu bisa kita subsidi silang dulu lah. Sekarang masih ada sisa sekitar 50 liter dan sedang kita anggarkan di tahun ini,” tambahnya.
Saat ini, jumlah sapi di Ponorogo sekitar 87 ribu ekor. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging warga Ponorogo dan sekitarnya sehingga memang tidak diperlukan hewan ternak dari luar Ponorogo.
Yang tidak kalah pentingnya, adalah sosialisasi ke RPH (Rumah Pemotongan Hewan) terkait ciri hewan dengan antraks. (Rohman/Dibyo).
beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *