Bojonegoro, Siapa sangka dibalik pembawaan yang sederhana dan kalem ternyata Inayah adalah sosok perempuan yang turut andil memberdayakan kaum ibu menjadi kaum yang kreatif dan mampu menghasilkan pundi pundi ditengah kesibukan mengurus keluarga dan sang buah hati. Dari rasa keprihatinan melihat kaum ibu yang hanya ngobrol dan tak melakukan apapun saat menunggu anak-anak mereka sekolah, menggerakkan ide kreatif Inayah warga Desa Mayangkawis Kecamatan Balen. Memberi pelatihan menjahit secara gratis sebagai modal dasar untuk mengembangkan usaha konveksi yang di rintisnya sejak tahun 2006.Hal ini dituturkan Inayah saat Humas berkunjung dirumahnya di Desa Kemamang Kecamatan Balen, Selasa (8/11) pagi tadi.
Dimulai tahun 2006 dirinya membuka toko yang menjual alat-alat konveksi, akhirnya membuat inayah memilih untuk membuka usaha pembuatan jilbab. 2006 dirinya mulai melatih tak lebih dari lima ibu disekitarnya untuk belajar menjahit. Melihat prospek usaha Jilbab yang sedemikian pesat akhirnya mulai 2008 dirinya membuka usaha menjahit jilbab aneka model. Dituturkan Inayah, kala itu model berpayet tengah in, maka dirinya melatih beberapa warga untuk memasang payet. Namun seiring perkembangan dirinya dibantu beberapa pekerja kini menekuni puluhan jenis model jilbab. Soal model dia mengikuti keinginan pasar, tuturnya, kemudian dipadukan dengan melihat internet.
Perempuan kelahiran tahun 1980 ini mengawali usaha ini hanya dengan berjualan jilbab, kemudian laku dan cenderung kehabisan stok maka dirinya mulai membuat sendiri dengan brand Fidza Collection. Kini dia memiliki 8 tenaga potong, 6 penjahit yang di tempatnya. Ditambah 14 penjahit yang tersebar di sekitar tempat tinggalnya. Semua bahan disediakan olehnya dan sudah dalam keadaan terpotong, jadi penjahit tinggal menjahit saja. Dijelaskan untuk satu buah jilbab diupah 1000 rupiah untuk ongkos jahit dan 550 rupiah untuk satu potong untuk jasa pemotongan pola. Pokoknya makin banyak yang diselesaikan maka upah yang mereka dapatkan makin besar. Inayah menuturkan untuk hari hari biasa dari 20 tenaga jahit mampu menghasilkan 400 potong jilbab. Sedangkan untuk hari hari jelang bulan puasa utamanya empat bulan jelang puasa permintaan bisa meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Untuk hari hari biasa rata rata omsetnya mencapai 50 juta rupiah seminggu sedangkan saat jelang puasa antara 80-100 juta rupiah seminggu.
Dirinya mengakui bahwa dirinya sebenarnya masih belum bisa memenuhi semua permintaan jilbab dari beberapa daerah, kendala yang dihadapinya adalah masih terbatasnya tenaga jahit. Untuk tenaga jahit ini memang dirinya memprioritaskan kaum ibu dan remaja putri. Saat ini dari 20 tenaga jahit ini dirinya masih membutuhkan tambahan. Selain itu untuk mengembangkan usahanya ini peralatan jahit juga sangat dibutuhkan. Dirinya bersyukur dari sekedar toko konveksi yang menjual jilbab kini mampu memproduksi jilbab. Jadi bagi Istri Syaifudin dia mengharapkan usaha yang digelutinya itu akan banyak menyerap tenaga kerja khususnya kaum ibu dan remaja putri.
Ibu dua orang anak ini mengatakan selama ini dirinya menjual di lokal Bojonegoro dan beberapa daerah di luar Bojonegoro. Terkadang karena banyaknya permintaan dirinya terpaksa membeli dari daerah jepara agar kebutuhannya terpenuhi. Jilbab aneka model yang dibuatnya sebagian besar berbahan kaos atau jersey, kini dia merambah bahan bahan lain yang memang lagi digemari. Soal harga jangan terlalu risau untuk jilbab anak-anak harga yang dibandrol mulai 10.000 rupiah,sedangkan jilbab dewasa mulai harga 17.000 rupiah, 40 ribu rupiah dan lain sebagainya sesuai ukuran serta panjang dan pendeknya ukuran jilbab.