Indonesia Masuk Lima Negara Produksi Hiu Terbesar di Dunia

  • Whatsapp

KUPANG, beritalima.com – Indonesia menjadi salah satu dari lima negara penghasil produksi hiu terbesar di dunia. Empat negara lainnya yakni, India, Spanyol, Taiwan dan Mexico.
Hal ini disampaikan Kepala Seksi Pelestarian dan Keanekaragaman Hayati, Direktorat Konservasi dan keanekaragaman Hayati Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Suraji saat menyampaikan materi pada acara Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Hiu Periode 2015-2018 dan Pengelolaannya di Provinsi Nusa Tengara Timur di T-More Hotel Kupang, Selasa (31/5/2016).
Suraji mengatakan, berdasarkan data yang dirilis Food an Agriculture Organization (FAO), total tangkapan ikan-ikan Elasmobranchii di dunia pada tahun 2008 mencapai 700.000 ton.
“Tingginya produksi ini cukup beralasan karena Indonesia mempunyai wilayah penangkapan yang luas dibandingkan dengan negara penghasil hiu dan pari lainnya,” katanya.
Menurut Suraji, hiu dan pari merupakan sumberdaya yang telah menjadi penghasilan utama di beberapa kalangan masyarakat tertentu, terutama mereka yang menggantungkan hidupnya pada produk perikanan tersebut.
Mulai dari nelayan penangkap, pengumpul, penjual dan pengolah hasil perikanan hiu dan pari di beberapa daerah. Dalam usaha perikanan tersebut, hampir sebagian tubuh hasil tangkapan dimanfaatkan oleh nelayan setempat.
“Namun sirip menjadi produk utama yang diproses secara lokal dan dijual dalam bentuk kering ke kota-kota besar di Indonesia, bahkan kemudian diekspor ke negara-negara seperti Hongkong, Singapura dan Jepang. Sementara dagingnya diasap atau dikeringkan untuk dijual ke pasar lokal, begitu juga kulit, hati dan rahangnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,” ujarnya.
Apolanaris Y. Liu Demoor (Kabida KP3K Dinas Kelautan dan Perikanan Flores Timur, menjelaskan data survei pengumpalan bycatch dimana biota yang dilindungi dan terancam punah (ETP) di Flores Timur tahun 2013, diperoleh informasi bahwa jenis bycatch biota ETP jumlah bycatch ikan hiu dalam satu tahun terakhir sebanyak 256 ekor. Ikan Hiu terlihat oleh nelayan juga sepanjang tahun dengan intensitas 1 – 30 ekor perbulan. Monitoring persepsi tangkapan hiu pada tahun 2010-2015 dimana sekitar 64% Nelayan menyatakan tangkapan hiu di Flores Timur menurun.

Sementara Ida AyuLochana Dewi (Learning Center NTT) menjelaskan, total 32 kapal yang mendaratkan hiu di TPI Labuan Bajo selama November 2015 – Februari 2016. Sedangkan total tangkapan hiu terdapat 236 hiu, paling tinggi di bulan Januari yaitu 43,64% (103 ekor).
Jenis hiu yang paling banyak didaratkan adalah jenis hiu karang sirip hitam sebanyak 132 ekor (61%), paling tinggi pada bulan Desember.
Kepala UPT LPPMHP Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Ir. Januario Da Luz dalam materinya “ Sinergitas kebijakan Nasional dan daerah dalam pengelolaan hiu di NTT” mengatakan, data statik tangkap provinsi NTT menunjukkan bahwa pada umumnya yang tertangkap adalah ikan hiu putih dan hiu botol hasil tangkapan berasal dari kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu, Lembata, Ende, Rote Ndao, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Nagekeo, dan Kota Kupang. Kemudian pengambilan data monitoring manta tow tahun 2011 hanya menemukan tiga ekor ikan hiu dari 413 km lintasan survei di laut Sawu.
Sementara itu, Yohanes Merryanto S (Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Kristen Artha Wacana) Kupang, dalam materinya menyampaikan Indonesia merupakan penghasil ikan hia terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 12,31 persen dari total produksi dunia. Produksi ikan hiu Indonesia adalah sekitar 60.000 ton (data 2011), jumlah ekspornya mencapai 2.500 ton (data 2006).
Menurutnya, tercatat terdapat 116 – 118 jenis hiu yang ada di perairan Indonesia. Dikatakan, produksi hiu Indonesia semakin tahun semakin menurunkarena tingkat penangkapannya yang semakin tinggi (sebagian tangkapan sampingan atau ikan target). Upaya penangkapan akibat ‘tergiur’ dengan harga yang sangat tinggi dari sirip dan bagian tubuh lainnya dari hiu.
Perburuan sirip hiu dijadikan sumber pendapatan alternatif bagi kapal penangkap ikan karena sirip hiu bersifat ringan, berukuran kecil, namun memiliki harga yang sangat tinggi.
Ketua Panitia Pelaksana kegiatan Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Hiu dan Pengelolaannya di Provinsi NTT, Donny M. Bessie dalam laporannya mengatakan, Hiu merupakan sumberdaya perikanan yang memiliki nilai penting dari aspek ekologis yang memiliki penyebaran habitat yang sangat luas dari dangkalan perairan pantai, melintasi landasan kontinen dan lereng hingga ke lautan dalam. Sebagian besar jenis hiu tumbuh dan berkembang sangat lambat serta memerlukan waktu bertahun-tahun hingga mencapai usia dewasa (Hoeve, 1988). Sebagai predator puncak dalam tingkat trofik di laut, hiu sangat menentukan keseimbangan ekosistem dalam suatu kawasan perairan.
Untuk itu, dalam memastikan adanya pengelolaan terhadap keberlangsungan populasi hiu tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia bersama patner telah menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) dengan periode 2016-2020.
Disebutkan, tujuan utama yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun kedepan yaitu, penyiapan regulasi nasional pengelolaan hiu dan pari, pengimplementasian ketentuan internasional, peningkatan akurasi data hasil tangkapan hiu.
Selain itu, perlindungan atau pengaturan pemanfaatan ikan hiu tertentu yang rawan terancam punah dan penguatan upaya penelitian ikan hiu serta peningkatan pemahaman stakeholder dalam pengelolaan hiu.
Donny menjelaskan, penerapan RAN hiu juga memiliki tantangan tersendiri seperti halnya pembagian peran dalam kewenangan pengelolaan hiu ditingkat provinsi dan daerah, integrasi habitat penting dalam kawasan Konservasi atau rencana zonasi serta kontribusi universitas dan lembaga non pemerintah dalam mendukung pengelolaan hiu yang telah ditargetkan kedepannya.
“Oleh karena itu, penting halnya untuk meningkatkan pemahaman pemerintah provinsi dan daerah, masyarakat pengguna sumberdaya hiu, universitas, LSM dan stakeholder lainnya dan dapat secara aktif berkontribusi dalam menjaga populasi hiu di perairan NTT dan sekitarnya,” tandasnya.
Yang menjadi peserta dalam kegiatan ini yakni, Konservasi Kawasan dan Keanekaragaman Hayati Laut, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang, Sekretariat Terpadu Kerjasama Pembangunan LembagaInternasional (SPADU-KPLI), Dewan Konservasi Perairan Provinsi NTT, Dinas Kelautan dan perikanan Kabupaten Flores Timur, Dinas Kelautan dan perikanan Kabupaten Rote, Dinas Kelautan dan perikanan Kabupaten Manggarai Barat, Fakultasi Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Kristen ArthaWacana, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana, Fakultas Perikanan, Universitas Muhammadiah Kupang, Media, TNC Laut Sawu, WCS IP, WWF- Indonesia (Ang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *