SIDOARJO, beritalima.com – Srikandi Hanura Sidoarjo terus bergerak merebut simpati masyarakat. Selesai mengadakan senam sehat di Desa Jati Alun-Alun, Kecamatan Prambon, dan di Desa Balongtani, Kecamatan Jabon, Minggu (5/3/2017) pagi, kelompok wanita pendukung Partai Hanura Sidoarjo tersebut langsung menuju Desa Temu, Kecamatan Prambon.
Di Desa Temu, Hj.Sri Wulandari selaku Ketua Srikandi Hanura Sidoarjo memimpin beberapa pengurus bersilaturahmi ke sejumlah warga kurang mampu seraya memberikan paket sembako berupa beras, minyak goreng dan mie instan.
Sebanyak 100 warga ditemui, masing-masing diberi satu paket sembako. Mereka senang, dan tak henti-hentinya menyampaikan terimakasih.
Kemudian sorenya, Hj.Sri Wulandari bersama beberapa pengurus Srikandi Hanura Sidoarjo kembali berangkat dari Kantor DPC Partai Hanura Sidoarjo dengan membawa 400 paket sembako. Kali ini mereka menuju Desa Prambon, terus ke Desa Simpang, Desa Bendo Tretek, dan terakhir Desa Kedung Kembar.
Di setiap desa tersebut mereka membagikan masing-masing 100 paket sembako untuk 100 warga kurang mampu.
Pembagian sembako gratis pada warga kurang mampu itu bukan kali pertama dilakukan Srikandi Hanura Sidoarjo. Bakti sosial seperti itu sudah beberapa kali dilakukan di desa-desa lain, bahkan sebelum ada Srikandi Hanura Sidoarjo.
Bagi-bagi sembako seperti itu sudah biasa dilakukan Hj.Sri Wulandari dan suaminya, H.Dondik Agung Subroto, sejak warga asal Prambon ini sukses sebagai pengusaha. Terlebih sejak H.Dondik yang akrab dipanggil Abadon’t dipercaya sebagai Ketua DPC Partai Hanura Sidoarjo pada Agustus tahun lalu, sodaqoh pada warga miskin malah ditingkatkan.
Abadon’t dan Sri Wulandari kayaknya memang sehati, sama-sama tak bisa diam dan berpangku tangan ketika melihat masih banyak masyarakat yang mengalami kesulitan hidup. Berangkat dari partai yang sama sekali tidak memberi warisan dan keterwakilan di kabupaten justru menambah semangat keduanya untuk jadi lebih baik.
Setiap bulan ratusan paket sembako diberikan kepada warga yang membutuhkan. Keduanya telah meminta pada Ranting-Ranting Partai Hanura Sidoarjo mendata warga sekitar kurang mampu untuk diberi bantuan sembako. Semua itu dilakukan secara ikhlas, Lillah bilah, sepi prentensi, serta tak tersandera oleh vestet of interest.
“Ini panggilan hati nurani,” ucap Abadon’t. Sebagai pribadi yang diberikan keleluasaan rejeki olehNya, diinsyafi bahwa di dalamnya ada hak orang lain. “Mereka saudara–saudara kita, fukhoro wal masyakin, orang–orang miskin dan anak yatim,” lanjutnya. “Siapa lagi yang memperhatikan mereka kalau bukan kita,” tambahnya.
Sikap peduli yang melekat dan membudaya di dalam diri dan keluarganya itu pun terbawa ke partai. Program–program yang dibuat dalam membangun serta membesarkan Partai Hanura semuanya prorakyat, berpihak pada rakyat, dan untuk kemaslahatan rakyat.
Program-programnya, yang pertama “Hanura Peduli”, artinya secara kelembagaan Partai harus punya sikap peduli terhadap masyarakat.
Kemudian “Hanura Solusi”, harus terus membantu memberikan solusi terhadap hal–hal yang berkaitan dengan persoalan masyarakat.
Terus “Hanura Berkarya”, memberikan peluang usaha serta membantu para pengurus partai di semua tingkatan, sekaligus mengciptakan pasar ekonomi rakyat.
Dan yang terakhir “Hanura Berdaya”, memfasilitasi usaha yang diberikan kepada semua pengurus supaya mendapat tambahan pendapatan dari peluang usaha yang diberikan.
“Setelah secara kesejahteraan ekonomi para pengurus partai tersebut berhasil diwujudkan, baru mereka punya komitmen bekerja politik, melaksanakan agenda kerja partai secara totalitas, mengabdi membesarkan partai,” tukas Abadon’t.
Abadon’t mengaku sangat bersyukur, karena program-programnya tersebut mendapat suport penuh istrinya. “Saya sangat bersyukur dengan istri saya. Karena, program-program saya tersebut butuh keikhlasan istri. Dan, ternyata sifat dan semangat istri malah melebihi saya,” tutur Abadon’t.
Diungkapkan, ia dan Sri Wulandari telah berkomitmen untuk membangun Partai Hanura jadi besar dan mendarmabaktikan untuk kemaslahatan masyarakat. Karena menurut keduanya, partai besar tanpa dibarengi kepedulian terhadap ‘wong cilik’ tidak bernilai apa–apa. (Ganefo)