JAKARTA, Beritalima.com– Pakar komunikasi politik, Muhammad Jamiluddin Ritonga mengaku, tidak kaget dengan keputusan politisi senior Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa maju sebagai Calon Ketua Umum (Caketum) partai berlambang ‘Pohon Beringin’ tersebut pada Munas di Jakarta Convention Centre (JCC), 3-6 Desember mendatang.
Sebagai politisi senior yang masih aktif di lapangan, ungkap Jamiluddin kepada Beritalima.com, Minggu (24/11), wajar kalau Kang Agun maju sebagai Caketum pada Munas mendatang.
Apa yang dilakukan Kang Agun, lanjut Jamiluddin, tidak terlepas dari kondisi Partai Golkar beberapa tahun belakangan karena ego para elite Partai Golkar. Buktinya, setelah Munas Bali 2016 yang jauh dari demokratis, muncul Munas tandingan di Jakarta yang diprakarsai Agung Laksono dkk.
Partai Golkar sudah pecah pada Munas 2010 di Kampar, Riau akibat persaingan kurang sehat antara Surya Paloh dengan Aburizal Bakrie. Kala itu, Aburizal terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar menggantikan posisi Muhammad Jusuf Kalla.
Kalah bersaing dari Aburizal Bakrie di Munas Kampar, Surya Paloh beserta para pendukungnya ke luar dari Partai Golkar. Dia membentuk Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang pada pemilu terakhir mampu masuk ke papan atas.
Akibat masing-masing elite itu mempertahankan ego mereka, kata pengajar ilmu komonukasi Universitas Esa Unggul Jakarta tersebut, dalam perolehan kursi Partai Golkar di parlemen juga terus menurun.
Setelah menang pada pemilu 2004, raihan kursi Partai Golkar di parlemen juga terus melorot. Pada pemilu legislatif 2009, Partai Golkar kalah bersaing dengan Partai Demokrat.
Partai Demokrat menjadi pemenang pemilu legislatif dengan 150 kursi DPR RI hasil raihan lebih dari 20 pesen suara nasional. Partai Golkar pada posisi kedua dengan 108 kursi DPR RI hasil dari 14,45 persen suara secara nasional.
Pada pemilu 2014, Partai Golkar juga tidak beranjak dari posisi kedua. Kali ini Partai Golkar kalah bersaing dengan PDIP yang menyodok posisi Partai Demokrat di posisi tertas. Partai Golkar hanya meraih 91 kursi DPR RI.
Demikian pula pada pemelu serentak 17 April lalu, Partai Golkar tetap berada pada posisi kedua di bawah PDIP. Namun, raihan kursinya di parlemen terus meloot. Pada pemilu serentak lalu, Partai Golkar hanya meraih 85 kursi DPR RI.
Tidak hanya itu, kata Jamiluddin, dalam dua pemilu terakhir Partai Golkar gagal mengusung calon presiden dari kalangan internal partai penguasa Orde Baru ini. Bahkan usai Setyo Novanto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar, sebagai orang nomor satu di partai Pohon Beringin ini, dia langsung mengelurkan pernyataan, mendukung Joko Widodo untuk periode kedua.
“Jadi, saya menilai majunya Kang Agun sebagai Caketum Partai Golkar pada Munas mendatang tidak lepas dari usaha bagaimana mempersatukan kembali Partai Golkar dan mampu memenangkan pertarungan pada setiap pesta demokrasi. Yang tidak kalah pentingnya, Partai Golkar mencalonkan internal dalam setiap pemilihan kepala daerah maupun pemilu presiden,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir(