Jangan Takut Periksa ke Poli Orthopedi RSUD Jombang Bila Tulang Terjadi Cedera

  • Whatsapp

Jombang | beritalima.com – Masyarakat dihimbau jangan khawatir datang ke rumah sakit memeriksa kesehatan setelah terjadi trauma terutama trauma yang disebabkan Kecelakaan Lalu Lintas (KLL), untuk mencegah komplikasi yang fatal, seperti sindroma kompartemen dan infeksi.

Demikian hal itu diungkapkan dr. Raden Taufan Mulyo Wibisono, Sp.OT Spesialis Orthopedi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Jombang pada Podcast yang rutin diselenggarakan RSUD Kabupaten Jombang, diterima beritalima.com, Senin (1/1/2024).

Podcast kali ini biasa di ruang Sub Bagian Humas RSUD Kabupaten Jombang, Kamis (28/12/2023) belum lama ini memgambil tema Manajemen Fraktur Pada Trauma Muskuloskeletal dipandu oleh Gianita dari MC yang diambil dari pihak Humas RSUD Kabupaten Jombang juga.

Dijelaskan dr. Taufan setelah melakukan pemeriksaan, kemudian akan diputuskan tindakan yang dilakukan, tergantung lokasi tulang yang patah, bentuk patahannya, ada tidaknya luka dan berat ringannya kerusakan jaringan lunak sekitar tulang yang patah kecilnya luka. Untuk pemulihan juga dipengaruhi kondisi-kondisi tersebut. Namun sangat disayangkan di Indonesia, masih banyak masyarakat yang belum paham tentang penanganan fraktur dan masih banyak yang memilih terapi non medis.

Ungkap Spesialis Ortopedi RSUD Kabupaten Jombang, yang harus dilakukan saat memberikan penolongan pertama pada orang yang mengalami fraktur yaitu berusaha untuk meminimalkan gerakan pada daerah yang fraktur untuk mengurangi nyeri pada daerah yang fraktur.

“Alat yang bisa digunakan sementara dapat berupa kayu, kardus dll yang difungsikan sebagai bidai,” tuturnya kepada beritalima.com

Pada patah tulang tertutama patah tulang tertutup dijelaskan dr. Taufan, bila tidak ditangani dengan tepat maka dapat terjadi sindroma komparten, pada kondisi tersebut terjadi peradangan hebat pada daerah yang fraktur sehingga dapat meyebabkan komplikasi yang fatal.

“Masih banyak masyarakat yang takut ke RS bila mengalami fraktur karena menganggap semua patah tulang harus dioperasi, padahal tidak semua patah tulang harus dioperasi,” terang dr. Raden Taufan Mulyo Wibisono.

Ironis, karena ketakutan pasien yang mengalami fraktur pada penanganan medis, sering dijumpai kondisi yang seharusnya bisa ditangani tanpa operasi malah jadi harus dioperasi karena pasien datang setelah terjadi komplikasi karena pengobatan non medis.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com

Pos terkait