Jokowi Sedang Merajut Kesatuan Bangsa, Sang Lawan Berusaha Merobeknya

  • Whatsapp

Oleh :
Rudi S. Kamri

Dalam sila ke-3 Pancasila tertulis PERSATUAN Indonesia. Makna kalimat keramat ini adalah proses bersatunya berbagai keberagaman yang ada di Indonesia ke dalam wadah besar Negara KESATUAN Republik Indonesia.

Berdasarkan Etimologi arti kata Persatuan adalah proses menyatunya berbagai unsur dalam satu ikatan kepentingan. Sedangkan Kesatuan adalah meleburnya berbagai unsur tersebut menjadi satu kepentingan yang sama. Singkatnya, Persatuan adalah kumpulan dari unsur-unsur yang menyatu, sedangkan Kesatuan adalah meleburnya unsur-unsur tersebut menjadi satu unsur yang besar.

Prioritas pembangunan periode pertama Presiden Jokowi adalah membangun fondasi yang kokoh sebagai landasan terciptanya suatu proses PERSATUAN yang melebur ke dalam KESATUAN Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Dalam SATU ikatan yang bernama INDONESIA. Fondasi yang dimaksud adalah pembangunan INFRASTRUKTUR secara merata ke seluruh penjuru tanah air yang terdiri dari jalan, jembatan, pelabuhan laut dan udara, listrik, waduk dan lain sebagainya.

Pemerataan pembangunan infrastruktur yang merata seluruh Indonesia ini telah ABAI dilakukan oleh Presiden-Presiden terdahulu. Dan saat ini Presiden Jokowi sedang bekerja keras mematahkan orientasi pembangunan yang “Jawa Sentris” menjadi “Indonesia Sentris”.

Membangun KESATUAN INDONESIA bukan sekedar menyambungkan infrastruktur jalan dan jembatan atau pelabuhan di seluruh Indonesia. Namun yang perlu diingat bahwa suatu KESATUAN bangsa memerlukan simbiosis berbagai unsur kepentingan diantaranya adalah pemerataan pembangunan ekonomi, pengembangan SDM, pengelolaan SDA yang berkelanjutan, pengembangan pariwisata, kedaulatan kelautan dan perikanan serta kemudahan aksesibilitas masyarakat. Dan semua sektor pembangunan tersebut membutuhkan fondasi INFRASTRUKTUR.

Jadi upaya Presiden Jokowi saat ini yang sedang menggenjot pembangunan infrastruktur di segala penjuru Indonesia adalah upaya mendasar beliau untuk merajut KESATUAN INDONESIA yang kokoh dan utuh.

Hal ini yang PURA-PURA tidak dimengerti oleh lawan-lawan politik Jokowi. Para lawan politik Jokowi termasuk kaum pekok pasukan hura-hura di belakangnya mencoba terus menerus menyerang kebijakan Pemerintahan Jokowi dalam pembangunan infrastruktur ini. Dengan argumentasi yang dangkal dan bermotto “asal beda” mereka terus-menerus mendegradasi kebutuhan masyarakat luar Jawa akan pentingnya infrastruktur untuk digunakan sebagai stimulan pembangunan ekonomi di daerah itu.

Saya punya keyakinan lawan-lawan politik Jokowi sedang memainkan peran PURA-PURA BODOH hanya demi sebuah ambisi kekuasaan. Ambisi mereka yang over dosis dilakukan dengan menghalalkan segala cara termasuk tega membodohi para pengikutnya yang memang sebagian besar bodoh. Belum lagi racun “Rindu Orde Baru” yang ditiupkan oleh dinasti Soeharto yang sedang memakai topeng “MUKA BADAK TIDAK TAHU MALU” yang pura-pura amnesia.

Kesengsaraan rakyat Indonesia selama rezim otoriter Soeharto berkuasa 32 tahun biarkanlah menjadi mimpi buruk bangsa Indonesia yang TIDAK BOLEH terulang lagi.

Sedangkan nyinyiran yang terus menerus ditembakkan kepada Presiden Jokowi dalam pembangunan infrastruktur seperti yang dilakukan Tengku Zulkarnain, Amien Rais, Prabowo, Fadli Zon dan Si Tulang Lunak Sandiaga Uno dan kelompok hura-hura mereka hanyalah suara sumbang kaum frustasi yang sudah kehilangan arah dan nalar sehat. Mereka sudah kehilangan akal dan tidak tahu lagi mau melawan Jokowi dengan cara apa. Sedangkan mereka sendiri sama sekali tidak punya program untuk menandinginya.

Tahun 2014 mereka memakai amunisi HOAX dan fitnah Jokowi PKI, China dll toh tetap saja kalah juga. Sekarang mereka mau berusaha menggunakan issue agama untuk menyerang Jokowi, tapi mereka mendapat malu tak terperi tatkala ternyata Capres mereka adab wudhu saja gak becus. Juga melafalkan asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dia belepotan sampai ludahnya muncrat dan lidahnya belibet.

Mereka mau menembak dengan issue Jokowi anti Islam, eh ternyata di belakang Jokowi berdiri banyak ulama-ulama besar Indonesia. Sedangkan kelompok pemuka agama yang berdiri di belakang mereka hanyalah sekelompok orang pragmatis dan ulama jadi-jadian. Mereka mau menyerang dengan amunisi kriminalisasi ulama, eh ternyata tidak mempan, mereka sendiri yang ternyata salah pilih ulama pula. Para kriminal kok diulamakan. Hadeeeh…..

Satu-satunya jalan yang mampu mereka lakukan adalah menyerang kebijakan pembangunan Presiden Jokowi. Dan mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan dengan menyerang pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh Presiden Jokowi sama saja mereka sedang merusak pembangunan fondasi utama sebuah KESATUAN bangsa.

Mbok jangan menernakkan kebodohan secara berjamaah gitu….. Kasihan rakyatlah !!!

Salam SATU Indonesia
14122018

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *