WONOSOBO, beritalima.com | Kali pertama Sanggar Tari Sekar Tanjung Tawangsari Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo memperkenalkan tari bedaya yang dipentaskan pada acara tertentu dengan iringan musik serta memiliki sensasi gerakan halus yang berbeda dengan jenis tari lainnya di kabupaten Wonosobo.
Keberadaan tari bedaya di tanah jawa sejak jaman Mataram yang diambil dari mitos masyarakat tentang kekuatan dan kebaikan Ratu laut selatan.
Dikatakan Yularti M.Pd, pemilik sanggar sekaligus pelatih tari bahwa tari bedaya secara umum hanya ada di Pulau Jawa sejak jaman Mataram, dan bersifat sakral. Di kabupaten Wonosobo banyak berkembang jenis tarian, namun sampai dengan saat ini untuk jenis bedaya belum ada yang menarikannya.
“Tarian bedaya yang dipentaskan disalah satu acara di Pendopo kabupaten pada Minggu 15 Maret 2020 mengadopsi cerita Ratu Kidul dari tanah Jawa. Pada tari ini memiliki sensasi berbeda dengan jenis tari lain dengan jumlah anggota 7-9 personil berperan sebagai abdi dalem dan 1 sebagai ratunya.” Ujar Yuli Senin (16/03).
Dia mejelaskan tari tersebut menceritakan tokoh legenda Ratu Kidul yang sangat baik, bijaksana serta berkharisma dan sampai sekarang masih terus dihormati keberadaanya, terutama oleh masyarakat Jogja, Surakarta, bahkan Bali.
“Bedaya berarti tledek, srimpi di kraton seperti yang ditulis oleh Poerwadarminta dalam Baoesastra Djawa, namun pada perkembangan sekarang bedaya sering disamakan dengan tarian yang khas dan ditarikan di kraton. Sebelum menari ini secara pribadi saya melakukan puasa dulu mas, karena tokoh yang saya perankan bukan tokoh biasa dan memiliki kharìsma. Yang pasti melakukan puasa dan doa agar bisa lebih dekat dengan Allah Swt, bersyukur dan bersemangat dalam mengembangkan budaya, serta menjiwai dengan totalitas ketika melakukan tarian tersebut. Dengan menari manusia bisa mengolah rasa, sikap, tutur kata dan kepekaan terhadap apa yang ada disekitar kita.” Papar Yularti (Rjt-05 Budi).