Kesenian “KEKET” Budaya Lokal Situbondo Yang Lama Hilang

  • Whatsapp

SITUBONDO, beritalima.com – Menghilang selama puluhan tahun permainan tradisional ” Keket ” yang hanya ada di asembagus Kabupaten Situbondo ini kembali dimunculkan, Bagi sebagian masyarakat di indonesia termasuk situbondo mungkin belum banyak yang tahu, Kesenian tradisional ” Keket ” ini sepintas hampir mirip dengan Sumo atau olahraga gulat khas Jepang, sama – sama saling dorong dan saling banting dalam menjatuhkan lawan.

Dalam rangka menjaga kelestarian kesenian tradisional yang ada di Situbondo agar tidak punah, Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (DISPARBUDPORA ) bekerjasama dengan Kepala Desa serta Muspika Kecamtan Asembagus, menggelar kembali Kesenian ” KEKET ” , Pergelaran Kesenian KEKET yang diselenggarakan dlapangan Dodiklatpur TNI AD, Desa Awar-Awar, Kecamtan Asembagus tersebut, diikuti 30 peserta yang dikordinatori oleh Suharjono yang didukung oleh seluruh kepala desa se-Kecamatan Asembagus.

“Arti kata KEKET dalam bahasa madura merupakan suatu bentuk perkelahian dengan menggunakan kekuatan tubuh untuk menjatuhkan lawan, yaitu dengan melingkarkan lengan ke bagian tubuh lawan, dan berusaha menekan sampai lawan jatuh, tradisi kesenian Keket ini dilakukan sebagai wujud syukur karena hasil panen masyarakat setempat berlimpah,” Papar Suharjono.

Tradisi keket ini ditampilkan di tempat terbuka seperti di lapangan atau tegalan, dan diselenggarakan sebagai wujud syukur, KEKET dalam pertarungannya seperti halnya tradisi sumo di Jepang, yaitu dalam bentuk perkelahian Gulat/gelut satu dengan yang lain berusaha untuk merobohkan, bila pelaku sumo dibutuhkan postur tubuh besar, kuat dan gemuk, sedang keket siapa saja boleh ambil bagian untuk bertarung selama punya kekuatan untuk menjatuhkan lawan.

“Selain ojhung dalam tradisi atau kesenian perkelahian bagi warga Kabupaten Situbondo, ada tradisi perkehian (bergelut) yang kemudian dikenal sebagai kesenian KEKET, tradisi Pertarungan Keket ini di bagi 3 kategori, diantaranya kategori anak-anak, remaja dan dewasa,”Suharjono menerangkan.

Masyarakat setempat sangat menyambut baik dengan dihadirkan kembali di tengah-tengah masyarakat merasa bangga yang masih sangat menjaga tradisi dan budayanya, masyarakat juga berharap even – even Budaya terus di kembangkan agar bisa mengangkat potensi budaya yang dimiliki oleh Situbondo,”Budaya merupakan pertahanan terakhir suatu bangsa, harapan kami semua Situbondo bisa berbicara banyak di dunia internasional,” Pungkas Suharjono.(**/JOE)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *