MALANG, beritalima.com | Untuk meningkatkan perannya dalam pembangunan kesehatan di Jawa Timur, PKK Prov. Jatim mengajak seluruh pengurus ikut meningkatkan eksistensi pos pelayanan keluarga berencana-kesehatan terpadu (Posyandu).
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur Arumi Emil Elestianto Dardak menyampaikan perlunya menjaga eksistensi dari keberadaan posyandu di lingkungan masyarakat. Ia menilai bahwa posyandu memiliki peran penting sebagai ujung tombak paling awal bagi kesehatan masyarakat baik secara fisik dan mental di semua usia.
“Posyandu ini tidak hanya bagus sekarang saja tapi terus ada, dan bagaimana kita terus memberikan inovasi-inovasi karena zaman akan terus berubah, jadi jangan pernah merasa puas,” kata Arumi Emil Dardak saat menyampaikan sambutan pengarahan di penjurian lomba posyandu dalam rangka Kesatuan Gerak PKK-KKBPK-Kesehatan tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2020 di Balai kota Malang, Kamis (9/1) pagi.
Adanya inovasi-inovasi, sebut Arumi, sangat diperlukan untuk menjaga eksistensi posyandu. Hal tersebut akan dapat menarik warga masyarakat untuk mau datang ke posyandu. Kendati demikian, inovasi-inovasi tersebut akan berbeda dari tiap-tiap daerah karena harus disesuaikan dengan kultur yang berlaku di daerah tersebut.
“Inovasinya pasti akan berbeda karena kultur yang ada di desa dan di kota itu pasti berbeda, tips dan triknya untuk bisa memancing warganya untuk bisa datang itu apa,” katanya.
Namun, satu hal yang penting, ujar Arumi harus ada kerjasama setiap elemen yang berhubungan dengan posyandu. Karena semua hal yang telah dilakukan tidak akan ada artinya jika warga di sekitar posyandu tidak mau datang atau bahkan tidak ikut serta dan ambil bagian berkegiatan di posyandu.
“Karena posyandu itu mau sebagus apapun, mau sebesar apapun sumbangan yang diberikan pemerintah, mau pokjanya itu orang berapapun, mau seaktif apapun kalau warganya tidak mau datang ya akan bubar begitu saja,” imbuhnya.
Masih menurut Arumi, alasan lain untuk menjaga eksistensi posyandu adalah penggunaan pendekatan pencegahan dalam pelaksanaan posyandu. Sehingga diharapakan masyarakat akan dapat meminimalisir resiko terserang penyakit, meringankan biaya pengobatan, tidak mengalami stunting, serta meningkatkan kualitas hidupnya apabila mereka rutin untuk datang ke posyandu.
“Jadi perspektifnya adalah pencegahan bukan pengobatan, kita harus kerjasama, posyandu dari pemerintah dan kita juga harus bantu pemerintah dari segi pencegahan” ujarnya.
Terakhir, ibu dari Keisha dan Qeinan ini berpesan agar posyandu dapat menjadi sesuatu yang holistik integratif yang mampu mengakomodasi kebutuhan layanan kesehatan paling dini baik secara mental maupun fisik untuk semua jenjang usia dari yang masih dalam kandungan, balita, remaja pra nikah, hingga lansia.
“Semuanya ada, untuk anak usia dini dari segi pendidikannya ada, dari segi mental dan sosial anak juga ada, dan untuk lansia, itu tidak bisa diremehkan,” pungkasnya.(TT)