JAKARTA, beritalima.com – Mengingat statement Mendagri soal “Jakarta Kumuh” saat menjadi keynote speaker ketika menghadiri Munas IV Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), 26 November 2019 lalu di Hotel Borobudur Jakarta, sepertinya Mendagri yang saat ini dijabat oleh Tito Karnavian, terkesan lebay dan tidak berdasar. Harusnya melihat Jakarta itu secara obyektif dan tidak boleh subyektif.
Demikian hal itu diungkapkan Basri Baco, Ketua Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta terhadap kondisi Jakarta Kumuh dibanding Shanghai dan Beijing saat ini. Namun menurut Basri, yang menanggapi pernyataan Menteri tersebut, sebenarnya Jakarta tidak semuanya kumuh, hanya saja yang terlihat kumuh segelintir wilayah, tapi tidak boleh digeneralisir.
“Dari Fraksi Golkar selalu mengedepankan sikap obyektif ketika melihat suatu persoalan. Apalagi melihat Jakarta selalu obyektif dan baik, aman, tentram, dan modern. Kalau baik dikatakan baik, kalau kurang baik bilang kurang baik,” tandasnya.
Lebih lanjut, ditandaskan Basri, seharusnya Mendagri tidak mengeneralisir bahwa ‘Jakarta Kaya Kampung’, meskipun di Jakarta ada yang pemukimam yang kumuh. Lanjutnya, bila ingin sama – sama membangun Jakarta harus bisa mengkritik pemerintah yang membangun bukan kritik menjatuhkan atau merendahkan. Apalagi yang hadir saat acara Munas IV APPSI 2019, dihadiri seluruh pejabat Gubernur se -Indonesia.
Sementara, diungkapkan Basri, terhadap pernyataan Tito, menurutnya kurang bijak. Apalagi dalam rapat komisi, sangat erat kaitannya dengan pembangunan Jakarta yang bakal dibahas. Ia pun melihat pembangunan pendidikan dan kesehatan terbilang baik, dan yang menjadi konsen sebagai anggota DPRD di DKI, melihat pembangunan yang belum merata.
“Kalau di sana sini tidak ada MCK tapi masih ada MCK, itu yang menjadi konsen kami sebagai anggota Dewan,” tandasnya. ddm