Lakukan Napak Tilas, La Nyalla Sholat Dzhuhur di Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Di sela-sela padatnya Kunjungan Kerja (Kunker) ke Provinsi Bengkulu, Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti yang didampingi beberapa senator menyempatkan diri mampir menyempatkan diri mampir di rumah pengasingan Bung Karno di Kota Bengkulu.

Bahkan, senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur ini shalat dzuhur bersama di bersama. “Saya sempatkan napak tilas perjalanan perjuangan beliau di Bengkulu. Kebetulan pas tiba waktu dzuhur, ya sholat sekalian di rumah bersejarah ini,” ungkap LaNyalla sebelum meninggalkan bangunan Cagar Budaya yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bengkulu itu seperti diberitakan Biro Humas dan Pemberitaan DPD RI, Rabu (22/1).

Bacaan Lainnya

Setelah melihat-lihat seluruh ruangan dan foto serta koleksi benda-benda milik Bung Karno, La Nyalla menuju halaman belakang rumah berarsitektur perpaduan Eropa dan China itu. Di bagian belakang bangunan rumah 10×20 meter itu terdapat sumur tempat sang Proklamator menimba air untuk keperluan sehari-hari.

La Nyalla menimba air dan menggunakan untuk wudlu. Kemudian, laki-laki kelahiran Jakarta, 10 Mei 1959 tersebut menuju kamar Bung Karno serta menggelar sajadah untuk shalat. Belum La Nyalla lagi mengucap salam di akhir sholat, hujan lebat mengguyur provinsi berjuluk ”Bumi Rafflesia” itu.

Halaman berumput asri di rumah yang dihuni Bung Karno empat tahun dalam pengasingan (1938-1942-red) itu basah siraman air hujan. Udara dingin langsung meyeruak di tengah Kota Bengkulu yang sedari pagi panas.

Seperti diketahui, di rumah tersebut terdapat barang-barang peninggalan Soekarno. Mulai dari 300-an buku berbahasa Belanda yang ada di ruang kerja Bung Karno, juga 120 pakaian pentas sandiwara Monte Carlo, lalu 22 koleksi foto, dan tempat tidur.

Juga ada sepeda ontel, satu set kursi di ruang tamu, lemari makan, surat cinta Bung Karno untuk Fatmawati dan meja rias yang terdapat di kamar Bung Karno.

Rumah itu dibangun oleh seorang pedagang bahan bangunan kebangsaan Cina, Tjang Tjeng Kwai 1918.

Setelah Indonesia merdeka, rumah tersebut pernah dijadikan markas perjuangan PRI, rumah dinas AURI, stasiun RRI, dan kantor pengurus KNPI Dati I dan II. Hingga pada tahun 1994 ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya.

Selain melakukan napat tilas, hari kedua La Nyalla bersama rombongan di Provinsi Bengkulu diisi dengan beberapa kegiatan. Mulai dari meninjau Pelabuhan Pulau Baai hingga dialog dengan pengusaha yang tergabung dalam Kadin, Iwapi dan Hipmi hingga mampir ke Yayasan Pendidikan Najamuddin, yang dikelola keluarga besar Wakil Ketua III DPD RI, Sultan Baktiar Najamuddin. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *