MADIUN, beritalima.com- Beberapa hari terakhir, di wilayah Kota/Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengalami kelangkaan garam beryodium. Akibatnya, harga garam naik hingga 150 persen. Hal ini disebabkan, karena petani garam di pulau Jawa banyak yang gagal panen akibat turun hujan.
Menurut Dian Herlis (35),salah satu pegadang pracangan di Jalan Ronggo Jumeno, Kota Madiun, di Pasar Besar Kota Madiun (PBM), garam memang benar-benar langka. Pasalnya di pasar tradisionil terbesar di Kota Pecel ini, sudah tidak stok garam halus beryodium.
“Tadi saya mau kulakan garam di Pasar Besar, tidak ada barangnya. Yang ada garam kasar. Yang halus tidak ada. Itupun harganya sudah naik 100-150 persen,” terang Dian Herlis, kepada beritalima.com, Minggu 23 Juli 2017, malam.
Untuk harga, lanjutnya, garam krosok (kasar) yang biasa dijual Rp.1000/250 gram, kini harus dijual seharga Rp.2000/250 gram. Sedangkan garam halus, yang biasa dijual Rp.1000/250 gram, dijual seharga Rp.2.500/250 gram atau ada kenaikan antara 100-150 persen.
“Kalau yang garam kasar (krosok), barangnya masih ada di pasar. Tapi harga juga naik. Kalau haram halus, tidak ada,” tambahnya.
Kelangkaan garam juga terjadi di beberapa pasar tradisionil di wilayah Kabupaten Madiun. Diantaranya di Pasar Sambirejo, Kecamatan Jiwan. Di pasar yang baru diresmikan oleh Bupati Madiun ini, selain langka, harganya juga naik antara 100-150 persen.
“Iya, tadi saya beli garam halus, harganya naik menjadi Rp.2.500/bungkus kecil. Padahal biasanya cuma Rp.1000. Saya juga kaget. Ternyata menurut pedagang, garam memang langka karena petani garam banyak yang gagal panen,” kata Ny. Supriyadi, warga Desa Sambirejo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun. (Rohman/Dibyo).
Foto: Dibyo/beritalima.com